Sementara di dalam negeri, Ibrahim menuturkan, Bank Indonesia (BI) yakin kurs rupiah tahun depan akan menguat di rentang Rp 15.300 sampai Rp 15.700 per dolar AS. Angka tersebut jauh dibanding proyeksi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) soal target nilai tukar rupiah tahun depan, yakni di level Rp 16.100 per dolar AS. Prediksi tersebut sesuai kondisi fundamental RI saat ini, dengan asumsi tidak ada kondisi geopolitik atau kondisi lain yang bisa memberikan tekanan-tekanan pada nilai tukar pada 2025.
“Harus diingat, kurs (rupiah) sebulan terakhir telah mengalami apresiasi, dan hari ini diperdagangkan sekitar Rp 15.405 per dolar AS. Angka tersebut telah menguat hampir 5 persen dan penguatannya lebih baik jika dibanding sejumlah negara lain,” ujar Ibrahim.
Hingga akhir tahun, BI memprediksi nilai tukar bakal berada pada rentang Rp 15.700 hingga Rp 16.100 per dolar. BI optimistis kurs akan terus menguat, salah satunya karena cadangan devisa yang meningkat. Pada Juli lalu, cadangan devisa mencapai US$ 145,4 miliar. Ibrahim mengatakan, ini lebih dari cukup untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Selain itu, tutur Ibrahim, stabilisasi mata uang ini berdasarkan penilaian terhadap fundamental. Indikator pertama karena adanya penurunan suku bunga AS atau fed fund rate (FFR) tahun ini. Indikator kedua, yaktu kondisi makro ekonomi Indonesia yang membaik.
Di sisi lain, Ibrahim mengatakan, Kemenkeu mematok kurs rupiah pada 2025 sebesar Rp 16.100 per dolar AS. Menurut Kemenkeu, volatilitas global masih membayangi perekonomian RI, maka dari itu prediksi nilai tukar dikoreksi walaupun secara month to date terjadi apresiasi atau penguatan rupiah sebesar 5 persen. Target tersebut, tutur Ibrahim, merupakan bentuk kehati-hatian pemerintah.
Pilihan Editor: 6 Tuntutan Demo Ojol dan Kurir yang Digelar Hari Ini