Selain itu, harga minyak juga akan didorong kebijakan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika pada bulan depan. Suku bunga yang lebih rendah akan membuat pinjaman lebih murah sehingga meningkatkan aktivitas ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak.
Adapun sebelumnya, Preisden Federal Reserve Bank of Atlanta Raphael Bostic juga menyebut pemangkasan suku bunga sudah waktunya dilakukan. Musababnya, inflasi turun lebih jauh dan pengangguran meningkat lebih dari perkiraan.
Sementara itu, menurut analis Dupoin Indonesia Andy Nughraha, penurunan harga minyak lebih lanjut juga perlu diwaspadai. "Masalah pasokan dari Libya memang memberi dukungan pada harga tapi dengan tren bullish yang semakin memudar, kita perlu mewaspadai potensi penurunan harga lebih lanjut," ujar Andy melalui keterangan yang diterima Tempo, Kamis, 29 Agustus 2024.
Ia memperkirakan harga minyak WTI berpotensi turun ke US$ 75,5 per barel. Namun, ia juga mengatakan potensi kenaikan bisa kembali terjadi jika harga minyak berhasil rebound dari level support tersebut.
"Jika harga gagal turun dan justru melakukan rebound, maka kenaikannya bisa mencapai US$ 75,4 sebagai target terdekat," katanya. Ia juga menyebut harapan bank sentral Amerika untuk mulai memangkas suku bunga bisa mendukung naiknya harga minyak.
Pilihan Editor: Kaesang Kembali Dilaporkan ke KPK Kasus Dugaan Gratifikasi, Laporan Sebelumnya Ditolak