TEMPO.CO, Jakarta - Dalam sepekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau bergerak positif. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan IHSG ditutup pada level 7.432,090, atau mengalami kenaikan sebesar 2,41 persen pada penutupan perdagangan Jumat. Pada penutupan pekan sebelumnya, IHSG berada di level 7.256,996.
BEI juga mengungkapkan, pada Rabu, 14 Agustus 2024, pasar modal nasional mencatatkan rekor tertinggi IHSG sejak Maret lalu. “Tepatnya pada Rabu, pasar modal Indonesia mencatatkan rekor all-time-high Indeks Harga Saham Gabungan yang menguat naik 79,4 poin atau 1,08 persen ke level 7.436,039,” tutur BEI dalam data perdagangan resmi, dikutip Senin,19 Agustus 2024. Rekor IHSG sebelumnya tercatat pada 14 Maret 2024, yaitu sebesar 7.433,315.
Analis Teknikal Senior Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, pergerakan IHSG pekan lalu terutama didorong oleh sektor consumer cyclicals, sektor energi, dan sektor transportasi serta logistik.
Menurut Nafan, penguatan IHSG pada Jumat sore lalu juga dipengaruhi oleh sentimen positif di dalam negeri. Menurut dia, pelaku pasar domestik menyambut baik pokok-pokok Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. “Para pelaku pasar mengapresiasi RAPBN 2025 yang disampaikan oleh Pak Presiden Joko Widodo, bahwasannya pertumbuhan ekonomi bisa optimis ya, bisa lebih tinggi jika dibandingkan dengan di 2024,” kata Nafan ketika dihubungi Tempo pada Minggu, 18 Agustus 2024.
Sementara itu, dia menjelaskan, pergerakan positif IHSG sepekan terakhir juga dipengaruhi oleh sentimen eksternal, yakni pelaku pasar masih optimis bahwa Bank Sentral AS alias The Fed akan menerapkan expansionary monetary policy pada September mendatang. “Para pelaku pasar optimis bahwa The Fed akan memulai menerapkan kebijakan pelonggaran moneter secara agresif, di mana perkiraannya bisa 50 basis poin,” kata dia.
Nafan melanjutkan, pelaku pasar masih akan terus mencermati dinamika kebijakan The Fed. Sementara di dalam negeri, pelaku pasar akan memantau pergerakan transaksi berjalan nasional pada Kuartal II. Berikut tiga saham yang dapat dicermati pada pekan ini menurut Analis Nafan Aji:
ANTM
Harga saham PT Aneka Tambang Tbk. atau ANTM pada penutupan perdagangan Jumat, 16 Agustus 2024 tercatat menguat menjadi Rp1.460. Menurut Nafan, saham ANTM mendapatkan katalis positif dari kenaikan harga emas berjangka AS sebesar 0,6 persen menjadi US2.493,6. Pada Sabtu, 17 Agustus 2024, harga emas batangan 24 karat Antam melonjak Rp14.000 per gram. Berdasarkan indikator pengukuran stochastics dan relative strength index (RSI), saham ANTM menunjukkan sinyal positif. Nafan memprediksi target maksimal harga saham sebesar Rp1.545 atau naik 5,82 persen.
BRMS
PT Bumi Resources Minerals Tbk. atau perusahaan dengan kode saham BRMS yang bergerak di industri pertambangan ini ditutup berada di level Rp155 pada perdagangan pekan lalu. Penguatan saham BRMS, ungkap Nafan, didorong oleh keputusan Mahkamah Agung terkait Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dan Kehutanan kepada unit usaha perusahaan BRMS, yakni PT. Dairi Prima Mineral, untuk tetap melanjutkan operasi pertambangan sesuai dengan perizinan yang dimiliki. Indikator stochastics dan RSI juga menunjukkan sinyal positif, dengan target harga maksimal mencapai Rp163, atau menguat 5,16 persen.
MDKA
Saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. alias MDKA pada penutupan perdagangan Jumat, 16 Agustus 2024 tercatat berada di level Rp2.300. Nafan menjelaskan, pada Festival LIKE 2 periode 8 hingga 11 Agustus 2024, perusahaan yang berfokus pada eksplorasi dan produksi emas, perak, tembaga, dan mineral lainnya ini berkomitmen kuat terhadap keberlanjutan dengan mengusung konsep ramah lingkungan. Sejak 2015, MDKA konsisten melakukan upaya reklamasi dan penghijauan, termasuk upaya dalam pengurangan emisi karbon. Nafan memprediksikan target maksimal harga saham bisa mencapai Rp2.430, atau menguat sebesar 5,65 persen.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca.
Pilihan editor: Ekonom Sebut Sosok Menteri Keuangan di Pemerintahan Prabowo Jadi Faktor Kritis bagi Pertumbuhan Ekonomi