TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan bank sentral menyiapkan sejumlah kebijakan makroprudensial untuk menggenjot pertumbuhan kredit perbankan. Setidaknya ada empat kebijakan makroprudensial yang disiapkan BI agar pertumbuhan kredit tahun ini sesuai target bank sentral yang mencapai 8-11 persen.
"Bank Indonesia terus memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial untuk mendorong kredit pembiayaan perbankan," kata Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2024 yang dipantau secara daring pada Selasa, 30 Januari 2024.
Salah satu stimulus kebijakan makroprudensial itu adalah dengan menerapkan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM)."Jumlah insentif likuiditas mencapai Rp 165 triliun per Desember 2023," tutur Perry. Meningkat sebesar Rp 55 triliun sejak penerapan KLM pada 1 Oktober 2023.
Startegi kedua, dengan menurunkan rasio penyangga likuiditas makroprudensial (PLM) sebesar 100 basis poin. Sehingga rasio PLM bank umum konvensional diturunkan dari 6 persen menjadi 5 persen, dan bank umum syariah atau unit usaha syariah diturunkan dari 4,5 persen ke 3,5 persen.
"Penurunan rasio penyangga likuiditas makroprudensial ini dimaksudkan untuk memberikan fleksibilitas bagi bank-bank untuk mengelola likuiditas," ungkap Perry.
Dengan begitu, perbankan bisa lebih fleksibel dalam penyaluran kredit. Ketiga, pelonggaran kebijakan untuk mendorong kredit pembiayaan, yakni melanjutkan rasio loan to value/financing to value (LTV/FTV).
Sehingga, kredit pembiayaan properti menjadi paling tinggi 100 persen untuk semua jenis properti. Selain itu, uang muka alias DP kredit kendaraan bermotor juga dilonggarkan menjadi paling sedikit 0 persen untuk semua jenis kendaraan bermotor baru.
"Tentu saja ini diberikan perbankan dengan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko, antara lain kalau NPL (non performing loan)-nya bank itu tidak lebih dari 5 persen," tutur Perry.
Strategi keempat adalah pelonggaran stimulus kebijakan makroprudensial untuk mendorong kredit pembiayaan.
"Ini juga mempertahankan rasio countercyclical capital buffer (CCyB) sebesar 0 persen dan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) pada kisaran 84-94 persen."
Tahun lalu Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2024 sekitar 8%–11%. Angka ini lebih kurang sama dengan target tahun ini yang telah direvisi. Awalnya BI menargetkan pertumbuhan kredit 2023 mencapai 10%–12%. Kemudian pada pertengahan tahun Bank Sentral merevisi target menjadi 9%–11%.
AMELIA RAHIMA SARI