Attar mengatakan, tambahan cadangan beras itu misalnya akan tiba pekan depan di Pelabuhan Patimban. “Tanggal 12 nanti ada kapal dari Vietnam masuk ke Patimban, kita akan bongkar di sini 4 ribuan ton untuk Jawa Barat. Kalu memang masih kurang, bisa top up dari Patimban atau dari Tanjung Priok,” kata dia.
Bulog Jawa Barat mencatatkan serapan cadangan beras pemerintah saat ini terbesar dibandingkan seluruh provinsi lainnya di Indonesia. “Tertinggi, Jabar serapan kita dalam negeri untuk lokal itu 218 ribu ton tahun 2023, terbesar se-Indonesia,” ucapnya.
Bulog Jawa Barat pun masih membeli beras dari petani kendati bukan untuk cadangan beras pemerintah. Penyebabnya harga beras petani saat ini menembsu Rp 7.400-7.600 per kilogram sudah melampaui harga patokan pemerintah yakni Rp 5 ribu.
“Kita melakukan serapan yang sekarang ini untuk premium, untuk bisnis kita, untuk komersial kita. Masih ada serapan 100-200 ton tapi bukan untuk cadangan pemerintah tapi polanya pola bisnis komersial yang kita jual secara umum,” kata dia.
Ia memperkirakan panen petani pada Maret-April 2024, dan sebelum itu diperkirakan masih akan ada kenaikan harga beras. “Itu siklus. Harga naik, produksi belum ada. Pasti seperti itu siklusnya, tapi kita siapkan semua cadangan,” tuturnya.
Sedangkan Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengklaim fluktuasi harga bahan pokok di daerah yang dipimpinnya tersebut masih terkendali. “Harga beras dan cabai berpengaruh, tapi kita masih terkendali. Insyaallah terkendali,” kata dia, Selasa, 7 November 2023.
Ia pun optimistis pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dan inflasi pada akhir tahun akan mencapai target yang telah dipatok sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada kuartal ketiga tahun ini mencapai 4,57 persen, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya di 5,25 persen.
Sementara inflasi Jawa Barat per Oktober 2023 sebesar 2,58 persen year on year dan 1,73 year to date. "Jadi untuk akhir tahun optimistis di kisaran 3 persen tercapai, masih sesuai target,” ucap Bey.
Pilihan Editor: Ketergantungan Indonesia pada Beras Impor Meningkat, Ekonom Ulas Penyebabnya