Lebih lanjut, Alfons menjelaskan terkait bukti disrupsi layanan dan kerugian besar atas serangan cyber security. Serangan tersebut baru-baru ini terjadi pada dua instansi besar, yakni Caesar dan MGM di Las Vegas, Amerika Serikat yang melumpuhkan operasional dan mengakibatkan kerugian finansial dan reputasi yang sangat besar.
“Harusnya kejadian peretasan di BSI (PT Bank Syariah Indonesia Tbk.) bisa menjadi cambuk bagi industri finansial di Indonesia untuk bangun dan peduli terhadap pengamanan digital,” kata Alfons. Kejadian ini, menurutnya, masih menjadi pertanyaan besar mengapa bisa terjadi berulang.
Sebagai informasi, pada Mei lalu, terdapat gangguan pada sistem perbankan di PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. atau BSI. Gangguan itu disebabkan oleh Ransomware, yaitu jenis virus Malware yang menyerang perangkat dengan sistem enkripsi file.
Tercatat, 15 juta informasi nasabah dicuri oleh Lockbit, kelompok penjahat siber atau hacker, berupa nomor telepon, alamat, nama, informasi dokumen, jumlah rekening, nomor kartu, dan transaksi. Kelompok hacker itu juga mengaku telah mencuri data-data internal itu sejak 8 Mei 2023.
DEFARA DHANYA PARAMITHA | SITI RISKA UMAMI
Pilihan Editor: Pontjo Sutowo Belum Kosongkan Hotel Sultan, Bahlil: Biasalah, Namanya Pengusaha