TEMPO.CO, Jakarta - Longspan LRT Jabodebek disebut salah desain. Hal itu pertama kali disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Menurut pria yang akrab disapa Tiko, jembatan LRT tersebut salah desain karena tidak dites sudut kemiringannya sehingga kereta tidak bisa melaju dengan kecepatan tinggi.
Tiko berpendapat kereta LRT Jabodebek seharusnya bisa melaju dengan kecepatan normal apabila tikungan jembatan tersebut dibangun melebar. Adapun longspan LRT itu dibangun di atas flyover Tol Dalam Kota dan memiliki panjang 148 meter. Jembatan lengkung LRT ini memiliki radius lengkung 115 meter dan bisa menahan beban beton seberat 9.688,8 ton.
Erick lantas meluruskan pernyataan wakilnya. Menurut dia, maksud dari wakilnya adalah lekukan pada lintasan LRT Jabodebek itu tidak mudah. "Perlu ada perbaikan dan itu sudah dilakukan sebenarnya. Jadi, bukannya sekarang belum baik," ujar Erick.
Dia menjelaskan, perbaikan itu telah dilakukan sebelum uji coba lekukan tersebut. Menurut Erick, longspan tersebut susah dan tanpa sambungan. "Buktinya begini, kalau takut, Pak Presiden (Joko Widodo alias Jokowi) saja sudah naik tiga kali," tutur Erick.
Artinya, lanjut dia, Pak Presiden ingin memastikan keselamatan para penumpang. Dia juga ingin masyarakat merasa aman dengan LRT Jabodebek. Lebih jauh, dia menceritakan pengalamannya menaiki LRT Jabodebek. Erick menilai, perjalanan dengan moda transportasi tersebut bagus karena halus dan suaranya tidak bising.
"Tapi perlu perbaikan, antara pintu kereta dengan pintu akses belum nyambung karena ini perlu sinkronisasi sistem," ujar dia.