Berikutnya, faktor ketiga adalah ketidaktahuan atau sugesti dari para pembeli. "Mereka menganggap membeli emas di Arab itu, keren. Nanti dijual, dan akan laku," ungkap Hanafi.
Namun, menurut dia, sugesti atau harapan emas yang diproduksi di Arab itu bakal lebih cepat laku bila dijual di Indonesia hanya berlaku di masa lampau. "Itu berlaku dulu ketika harga emas naiknya cepat di mana per tahun atau per dua tahun naik. Sedangkan sekarang, sudah beberapa tahun belum ada kenaikan signifikan. Malah sempat ada penurunan harga dari 2020 ke 2021, 2022," tutur dia.
Lebih jauh, ia juga mengungkapkan harga emas di Arab Saudi lebih mahal ketimbang di Indonesia. "Harga selisih pergramnya bisa Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu dengan harga Indonesia," ujar Hanafi.
Sebelumnya diberitakan sejumlah jemaah haji perempuan asal Sulawesi Selatan membeli emas perhiasan dalam jumlah banyak di Mekkah, Arab Saudi, dan mengenakannya ketika sampai di Tanah Air.
Salah satunya adalah Dariah. Jemaah haji asal Sidrap, Sulawesi Selatan berusia 52 tahun, mengenakan baju adat Turung berwarna mencolok ketika sampai di bandara di Indonesia. Ia juga memakan perhiasan emas berupa gelang, anting dan kalung yang sebelumnya dibeli di Arab.
Sementara itu, jemaah haji pria pun tak mau kalah, mereka memakai gamis panjang (thawb) dan penutup kepala (khefiyyeh) layaknya pria Arab berpakaian.
Penampilan glamor jemaah haji asal Bugis setibanya di Tanah Air sudah menjadi tradisi turun temurun. Hal itu dilakukan bukan untuk pamer, tapi sebagai simbol memuliakan haji karena tidak semua orang khususnya dari Bugis dapat pergi ke tanah suci.
Tradisi tersebut muncul sekitar 1950-an. Pada 1970-an, orang yang sudah menunaikan ibadah haji disambut dan diarak keliling kampung dengan mengenakan pakaian yang cetar atau glamor.
AMELIA RAHIMA SARI | ANTARA
Pilihan Editor: Harga Emas Antam Hari Ini Stabil di Rp 1.059.000 per Gram, Cek Rinciannya