TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengatakan porsi serapan produk UMKM dalam negeri dalam rantai pasok industri masih sangat rendah. Persentasenya baru sebesar 7 persen, jauh di bawah Vietnam yang sudah mencapai 24 persen.
"Karena 96 persen UMKM Indonesia berada di sektor kuliner. Kalau Vietnam, Korea Selatan, Cina, itu sudah masuk ke produk inovasi teknologi," kata Teten di Smesco Indonesia, Rabu, 5 Juli 2023.
Padahal, menurut Teten, UMKM penting masuk menjadi bagian rantai pasok usaha besar untuk bisa berkembang. Setidaknya, untuk mempermudah akses pembiayaan.
"Kalau ada kepastian produk dibeli, jasa dipakai, pasti perbankan semakin yakin untuk memberikan pinjaman," kata dia.
Selain mendapat kemudahan akses permodalan, UMKM yang masuk rantai pasok usaha besar lebih berpotensi naik kelas. Sebab, buyer atau offtaker yang menjai bagian rantai pasok akan membantu UMKM meningkatkan standar produk mereka.
Oleh karena itu, Teten meminta industri mau berbagi porsi sehingga UMKM berkontribusi dalam produksi. Toh, pemerintah sudah menyiapkan insentif bagi usaha besar yang bermitra dengan UMKM.
Soal serapan produk lokal dalam produksi, tahun lalu Presiden Jokowi sudah menginstruksikan kepala daerah untuk melakukan substitusi barang impor yang memproduksi kebutuhan lokal.
"Misalnya jagung masih impor, tanam jagung. Kenapa tanam jagung? di manapun juga tumbuh," kata dia dalam acara peresmian musyawarah perencanaan pembangunan nasional di Istana Merdeka, Jakarta, 28 April 2022.
Lalu ada juga impor kedelai. Padahal, kata Jokowi, banyak daerah yang sesuai untuk penanaman kedelai. Jokowi meminta kepala daerah juga memberikan pendampingan UMKM yang bergerak di bidang substitusi impor ini agar memenuhi standar global.
RIRI RAHAYU | FAJAR PEBRIANTO
Pilihan Editor: Ingin Lebih Banyak UMKM yang Melantai di Bursa Efek, Teten: Memang Masih Lambat