TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran memperkirakan H+1 dan H+2 Lebaran (Ahad dan Senin, 23-24 April 2023) akan terjadi peningkatan okupansi hotel. “Karena kalau kemarin (Lebaran) semua masih disibukkan silaturahmi dengan keluarga masing-masing,” ujar dia kepada Tempo, Ahad, 23 April 2023.
Menurut dia, Ahad dan Senin akan menjadi puncak dari pergerakan okupansi hotel. Hal itu, kata Maulana, akan terjadi di berbagai daerah khususnya yang memiliki destinasi wisata yang punya daya tarik tersendiri.
Maulana menuturkan, untuk saat ini peningkatan khususnya pada 23-24 April 2023, tingkat pemesanan hotel sudah meningkat cukup besar. “Cukup fantastis, mungkin sekitar 30 persenan,” tutur Maulana.
Angka tersebut belum termasuk pemesanan via online atau aplikasi pihak ketiga. “Angka peningkatannya mudah-mudahan bisa sampai tanggal 25 April,” ujarnya.
Secara keseluruhan, PHRI berharap tingkat okupansi perhotelan bisa meningkat 80 persen selama periode Lebaran 2023. Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun lalu di periode yang sama, menurut Maulaya, PHRI belum menghitungnya.
“Itu kami belum prediksi peningkatannya (dibandingkan dengan tahun lalu). Karena lihatnya, peningkatan itu pasti terjadi, tapi kita akan menghitungkan selama momentum Lebaran saja,” tutur Maulana.
Industri perhotelan memang menjadi salah satu dari enam sektor yang memiliki kinerja moncer selama Ramadhan dan Lebaran 2023. Hal itu diungkap oleh Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira.
"Sektor usaha yang tumbuh tinggi adalah sektor jasa transportasi, ritel, makanan dan minuman, penyediaan rest area, pakaian jadi, dan perhotelan," ujar dia.
Bhima mengatakan bahwa konsumsi rumah tangga diperkirakan bisa tumbuh 5,5 persen di kuartal kedua 2023. Jadi, menurut dia, selama lebaran sumbangan konsumsi rumah tangga akan mendongkrak ekonomi sepanjang tahun.
Pertumbuhan kuartal kedua atau yang bertepatan dengan lebaran diperkirakan tumbuh 5 sd 5,5 persen Year on Year (YoY). Porsi konsumsi rumah tangga pun relatif tinggi di kisaran 55-57 persen dari produk domestik bruto atau PDB.
"Kalau dibedah, saat lebaran baik 20 persen kelompok atas hingga 40 persen mengalami lonjakan preferensi belanja. Tidak sedikit rumah tangga yang siapkan konsumsi 2-3 bulan sebelum lebaran," ucap Bhima.
Dia berharap momen lebaran ini bisa menjadi titik balik dari tekanan pandemi Covid-19 dalam tiga tahun terakhir. Bhima menilai banyak usaha mikro kecil menengah di daerah tidak sabar menanti efek lebaran. Mereka merekrut tenaga kerja lebih banyak dan tentu berharap omzet bisa sama dengan lebaran pra-pandemi.
Baca juga: Diskon Tarif Tol 20 Persen Arus Balik Lebaran, Ini Detail Tanggal dan Tarifnya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.