TEMPO.CO, Samosir - Bank Indonesia (BI) sedang mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Langkah itu diambil agar dapat mendukung pertumbuhan kredit atau pembiayaan.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Grup Sektor Keuangan Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Nugroho Joko Prastowo.
Joko berharap kondisi kredit yang sudah mencapai angka 12,5 persen hingga Maret ini tidak merosot. "Karena nanti di bulan Juni perbankan akan mendapat tambahan likuiditas dari insentif," kata Joko saat menghadiri acara bertajuk perkembangan ekonomi dan respons kebijakan di Samosir, Ahad, 28 April 2024.
Kemudian, Joko mengungkap sejumlah sektor prioritas itu terdiri dari sektor penunjang hilirisasi, konstruksi dan real estate produktif, ekonomi kreatif, otomotif, perdagangan Listrik-Gas-Air Bersih (LGA), serta jasa sosial.
Sederet sektor tersebut, Joko menyampaikan, terpilih karena dianggap mampu mendukung perekonomian serta minim risiko. Selain itu, sambung Joko, pengembangan sektor-sektor tersebut mendukung ekonomi hijau dan program pemerintah.
Sejumlah sektor yang akan ditambahkan itu nantinya baru akan mendapatkan insentif pada 1 Juni 2024 mendatang dengan besaran insentif mencapai 4 persen. Penguatan KLM akan diperuntukkan agar ada tambahan likuiditas perbankan sebesar Rp 81 triliun sehingga total insentif menjadi Rp 246 triliun.
Tak sampai di situ, Yusuf menyebut jika pertumbuhan kredit terus meningkat, tambahan likuiditas dari KLM diperkirakan dapat mencapai Rp 115 triliun pada akhir tahun 2024 sehingga total insentif yang diberikan dapat mencapai Rp 280 triliun.
"Harapannya bank semangat untuk menyalurkannya,” tuturnya.
Pilihan Editor: BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini