Sejumlah langkah ini diambil di tengah depresiasi rupiah sehingga berisiko mengerek nilai impor BBM dan LPG. PT Pertamina (Persero) menyebutkan ada kebutuhan dana investasi hingga US$ 40 miliar atau sekitar Rp 569,44 triliun (asumsi kurs Rp 14.236 per dolar Amerika Serikat) untuk bisa menyelesaikan proyek-proyek kilang yang tengah dijalankan.
Sementara itu, di dalam portofolio bisnisnya, terdapat 14 proyek kilang yang ditargetkan rampung hingga 2027.
Direktur Pengembangan Bisnis PT Kilang Pertamina Internasional Joko Widi Wijayanto menjelaskan bahwa proyek-proyek kilang Pertamina bakal digenjot kapasitas pengolahannya menjadi 1,5 juta barel per hari dari kapasitas saat ini sekitar 1 juta barel per hari. Proyek itu juga akan meningkatkan kapasitas produksi Pertamina dari kemampuan saat ini yang hanya 729.000 barel per hari menjadi 1,5 juta barel per hari.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebelumnya menyentil sejumlah perusahaan negara dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta. Ia menyinggung berbagai BUMN, mulai PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), hingga Perum Bulog.
"Ada subsidi dari Menkeu (Sri Mulyani), tanpa ada usaha efisiensi di PLN, di Pertamina. Ini yang dilihat kok enak banget," kata Jokowi saat membuka sidang kabinet, Senin, 20 Juni 2022.
Oleh karena itu, Jokowi pun meminta PLN, Pertamina, dan semua perusahaan negara untuk terus melakukan efisiensi dan penghematan, terutama di saat ini ketika krisis pangan dan energi tengah mendera dunia. "Kemudian, mana kebocoran-kebocoran yang bisa dicegah. Semuanya harus dilakukan di posisi-posisi seperti ini," kata dia.
BISNIS | FAJAR PEBRIANTO
Baca: Investor Saham Didominasi Milenial dan Gen Z, Total Aset Tembus Rp 144 Triliun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini