TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memamerkan keberhasilan program Kartu Prakerja pada acara International Conference on Adult Education (CONFINTEA VII) di Marrakesh, Maroko. Ia mengatakan program ini telah diteliti secara independen, seperti oleh Bank Dunia dan United Nations Development Programme.
Airlangga menjelaskan, sebagai program bantuan tunai bersyarat, Kartu Prakerja tidak hanya membantu pekerja terkena PHK dan memberi kesempatan untuk meningkatkan keterampilan sebelum kembali bekerja. Namun, prograkm ini menciptakan wirausaha.
“Ada sekitar 12,8 juta lebih penerima Kartu Prakerja yang telah terlayani selama 26 bulan pelaksanaan program dan masih berlanjut hingga saat ini. Dimana semuanya dapat diselesaikan melalui smartphone,” kata Airlangga acara di Marakesh, 12-17 Juni 2022.
Insentif yang diberikan setelah mereka menyelesaikan pelatihan, tutur Airlangga, terbukti memperkuat daya beli masyarakat di masa pandemi. Sebab, mayoritas menggunakannya untuk membeli bahan makanan.
Menanggapi pemaparan yang disampaikan Airlangga, Menteri Pendidikan Kepulauan Solomon Lanelle Olandrea Tanangada berujar program ini sangat menarik untuk diterapkan di negaranya. “Program ini menghasilkan rincian spesifik atas persentase berbagai kelompok masyarakat dan membantu kami mengidentifikasi masyarakat secara individu, tidak hanya di sektor formal, tapi juga mereka yang telah bekerja di sektor lain,” ujarnya.
Sementara itu, CEO AONTAS--sebuah organisasi pembelajaran orang dewasa Irlandia, Niamh O'Reilly, mengatakan Kartu Prakerja telah menjawab tantangan partisipasi pendidikan yang spesifik terhadap kelompok terpinggirkan. Program ini juga menggabungkan tujuan pendidikan, keuangan, dan inklusi sosial tanpa mengorbankan kebebasan individu peserta belajar.
“Program ini mampu menghadirkan partisipasi penuh dari mereka yang tidak pernah menghadiri pelatihan, memungkinkan individu untuk mengidentifikasi pilihan pendidikan yang sesuai terkait dengan peluang kerja potensial, sambil mendorong partisipasi melalui dukungan moneter yang mempromosikan literasi keuangan,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Senior Adviser Project on Prosperity and Development Center for Strategic & International Studies (CSIS) Gabriel Sanchez-Zinny.
“Itulah yang kita butuhkan di bidang pendidikan. Prestasi dan rasa urgensi yang membantu pembelajar, terutama untuk yang membutuhkan,” ujar mantan Menteri Pendidikan Buenos Aires, Argentina, ini.
Program Kartu Prakerja diluncurkan bertepatan saat awal merebaknya Covid-19 di Indonesia pada kuartal pertama 2020. Program aplikasi on-demand berbasis web ini menarik minat keikusertaan jutaan warga yang kehilangan pekerjaan terutama mereka yang berada di kelas bawah.
Program ini memungkinkan tenaga kerja produktif selektif, berusia antara 18 hingga 64 tahun untuk mendapatkan dukungan pemerintah dalam bentuk pelatihan dan insentif tunai. Para peserta dapat mengambil pelatihan online sesuai dengan preferensi masing-masing.
Ada seribu lebih jenis pelatihan yang disediakan dari 170 lebih lembaga pelatihan. Setelah mereka menyelesaikan pelatihan, insentif akan ditransfer melalui salah satu rekening bank atau e-wallet pilihan mereka untuk jangka waktu empat bulan.
Pada kesempatan terpisah, Direktur UIL UNESCO David Atchoarena mengatakan organisasinya menyambut baik partisipasi Indonesia dalam ajang CONFINTEA. Melalui berbagai inisiatif yang dilakukan Indonesia di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan pelatihan di G20.
“Sangat menarik bagi kita untuk mempelajari apa yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan program skala besar. Khususnya dalam menjawab tantangan yang dihadapi terkait dampak Covid-19 terhadap pasar tenaga kerja, pekerja, dan ekonomi di Indonesia secara umum, dengan Kartu Prakerja," kata David kepada delegasi Indonesia.
Baca juga: Sri Mulyani Jelaskan Alasan Rasio Utang Indonesia Masih Aman
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini