TEMPO.CO, Jakarta - Putra Presiden ke-2 Indonesia, Tommy Soeharto, terjerat utang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia disingkat BLBI.
Hal tersebut membuat beberapa asetnya dilelang oleh Satgas BLBI. "Satgas BLBI terus berkomitmen mengamankan hak negara! KPKNL Jakarta V hari ini mengumumkan lelang atas aset milik debitur/penanggung utang PT Timor Putra Nasional. Silakan jika berminat. Mohon terus didukung dan dikawal demi kebaikan Indonesia," tulis Staf Khusus Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo, melalui akun Twitternya, @prastow, 14 Desember 2021.
BLBI merupakan mekanisme bantuan bank yang mulai dikenal ketika Rezim Orde Baru akan runtuh pada 1998.
Kala itu, sebagaimana dilansir dari repository.unej.ac.id, krisis moneter yang tengah terjadi membuat banyak bank terjebak dalam kesulitan likuiditas. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya nasabah yang menarik uangnya karena meluasnya gelombang ketidakpercayaan terhadap sistem perbankan dunia.
Kesulitan likuiditas tersebut`membuat kinerja beberapa bank sempat tersendat, bahkan membuat aktivitas perbankan di Indonesia secara keseluruhan tersendat. Akhirnya, bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas pun akhirnya meminta bantuan dana kepada Bank Indonesia sebagai lender of the last resort, atau sumber pinjaman likuiditas di kondisi darurat.
Bank Indonesia terus menerus menerima ajuan pinjaman dana hingga pada Maret 1998 Bank Indonesia kemudian memakan istilah BLBI untuk menamai pinjaman tersebut.
Dalam melakukan pinjaman, Bank Indonesia menetapkan tata cara tersendiri.
Mengutip Jurnal Lex Jurnalica, skema peminjaman BLBI dimulai dari pengajuan permohonan kredit, penilaian analisis permohonan kredit, kemudian putusan kredit.
Dilansir dari repository.unej.ac.id, BLBI disalurkan oleh Bank Indonesia berupa akta pengakuan hutang, surat-surat berharga, dan saham-saham bank yang belum go public.
Pada praktiknya, pemberian BLBI ternyata menimbulkan beberapa masalah yang cukup besar. Dikutip dari Jurnal Lex Jurnalica, sebanyak Rp 138,4 triliun dari total Rp 147,7 triliun dana BLBI digunakan dengan tidak jelas. Hal tersebut membuat negara menelan kerugian yang cukup besar.
BANGKIT ADHI WIGUNA
Baca : Saat Resmikan Lapangan Golf Rp 200 Miliar, Tommy Soeharto Didampingi Putranya