TEMPO.CO, Jakarta -Dalam perdagangan sore ini, rupiah ditutup melemah 24 poin. Hal itu terjadi karena indeks dolar yang menguat.
"Walaupun sebelumnya sempat melemah 25 poin di level Rp 14.277 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.254," kata Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis, Kamis, 11 November 2021.
Dia menjabarkan beberapa faktor yang mempengaruhi hal itu. Dari sisi eksternal, kata dia, dolar mencapai tertinggi 2021 terhadap mata uang lainnya pada hari Kamis, setelah pembacaan inflasi Amerika terpanas dalam satu generasi mengipasi taruhan pada kenaikan suku bunga.
Data AS yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) tumbuh 6,2% tahun-ke-tahun dan 0,9% bulan-ke-bulan di Oktober, sedangkan CPI inti naik 4,6% tahun-ke-tahun dan 0,6% bulan-bulan. pada bulan.
Dia mengatakan data dari Selasa menunjukkan bahwa indeks harga produsen tumbuh 0,6 persen bulan ke bulan dan 8,6 persen tahun ke tahun. PPI inti tumbuh 0,4 persen bulan ke bulan. Data inflasi menunjukkan bahwa inflasi dapat tetap tinggi hingga tahun 2022, karena kemacetan tetap ada dalam rantai pasokan.
Masih dari faktor eksternal, kata dia, Presiden Bank Federal Reserve San Francisco Mary Daly mengatakan pada Rabu bahwa dia memperkirakan inflasi tinggi menjadi moderat setelah Covid-19 surut dan mengatakan akan "sangat prematur" untuk menaikkan suku bunga dan mempercepat pengurangan aset Fed.