TEMPO.CO, Jakarta - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mendapat dukungan finansial dari Asian Development Bank (ADB) dalam upaya mengurangi emisi karbon yang dihasilkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara guna mendukung target pemerintah menuju Carbon Neutral 2060. Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan dalam jangka panjang, PLN menargetkan emisi nol bersih pada 2060 atau lebih cepat.
Dia mengatakan untuk mencapai target tersebut PLN tidak bisa melakukannya sendirian. PLN butuh dukungan dari semua pemangku kepentingan. Sebab PLN harus menginvestasikan lebih dari US$ 500 miliar selama 40 tahun ke depan. Karena itu, PLN membutuhkan akses ke pembiayaan hijau, hibah pembangunan, dan dukungan G2G.
"Kami membutuhkan subsidi atau kompensasi untuk menghindari membebankan biaya tambahan kepada pelanggan. Kami juga membutuhkan dukungan dalam berbagi teknologi dan kemitraan dengan para pemimpin dalam pemanfaatan hidrogen dan penangkapan karbon. Serta dukungan kebijakan untuk mempercepat peralihan kendaraan listrik," kata Zulkifli dalam keterangan tertulis, Selasa, 2 November 2021.
Adapun lingkup kerja sama PLN dan ADB meliputi, studi kelayakan penuh yang mencakup aspek teknis dan finansial dari pengurangan pembangkit listrik tenaga batu bara. Berikutnya adalah, evaluasi struktur ETM, mencari program atau mekanisme lain yang sesuai dan merancang program bantuan teknis transisi yang adil.
Wakil Menteri I BUMN Pahala Mansury menilai PLN sebagai salah satu BUMN yang sangat aktif dalam program dekarbonisasi. Sudah banyak langkah agresif yang dilakukan PLN dalam mencapai net zero emission. Kerja sama dengan ADB, kata Pahala, menjadi amunisi tambahan PLN untuk bisa mempercepat target tersebut.
"Kami sangat optimistis target dekarbonisasi bisa tercapai dengan adanya kerja sama yang baik antara PLN dan ADB. Ini merupakan langkah yang agresif dalam PLN mencapai net zero emission," ujar Pahala dalam sambutan MoU ADB - PLN regarding Energy Transition Mechanism.