Dwikorita menyebut ada tiga penyebab yang diidentifikasi BMKG. Pertama, adanya gangguan bahkan putusnya jaringan listrik dan sinyal komunikasi menjelang cuaca ekstrem. "Ini mohon kita waspadai bersama," kata dia.
Kedua, BMKG juga mencatat adanya kinerja yang kurang maksimal dari sejumlah petugas BPBD di daerah. Contohnya, ada kejadian tidak ada petugas jaga yang piket. Padahal, kata dia, aturan mewajibkan ada petugas piket 24 jam.
Ketiga, rantai informasi ini juga terputus karena terjadi banyak bencana secara bersamaan di satu wilayah. Di beberapa kejadian, jaringan listrik pun terganggu akibat bencana yang datang serempak Sehingga, kondisi ini mengganggu proses pemberian informasi meteorologi sampai ke desa.
BACA: BMKG Peringatkan Potensi Badai Tropis di NTT Awal 2022