TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat terjadi inflasi 0,03 persen pada Agustus 2021.
"Inflasi Agustus ini masih terkendali, 0,03 persen month to month," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto dalam konferensi pers virtual, Rabu, 1 September 2021.
Sedangkan kalau bandingkan dengan inflasi tahun sebelumnya atau 2020 sebesar 1,59 persen. Meningkat sedikit dibanding Juli lalu yang 1,52 persen.
Inflasi Agustus, kata dia, tidak lain karena beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga, di antaranya adalah minyak goreng.
Kemudian di Agustus ini juga merupakan tahun ajaran baru sehingga uang sekolah SD, SMP, maupun uang kuliah di perguruan tinggi juga mengalami peningkatan, masing-masing 0,02 persen.
Beberapa komoditas lain seperti tomat, ikan segar, pepaya, rokok kretek, sewa rumah, uang sekolah SMA juga meningkat masing-masing memberikan andil 0,01 persen.
Sedangkan beberapa komoditas juga memberikan andil deflasi, seperti yang memiliki andil deflasi cukup besar cabai, yaitu -0,05 persen. Kemudian ada beberapa komoditas lain seperti daging ayam ras, cabai merah, bayam dan buncis, kacang panjang, kangkung, sawi hijau, dan tarif angkutan udara, ini memberikan andil deflasi pada inflasi Agustus.
Dia menuturkan dari 90 kota IHK yang dimonitor BPS, pergerakan harganya, terdapat 34 kota inflasi dan 56 kota deflasi. Dari 90 kota yang diamati, kota Kendari mengalami inflasi tertinggi yaitu 0,62 persen disebabkan antaralain terkait ikan-ikanan, seperti ikan layang, benggol, kembung, gembung, ikan selar maupun ikan teri.
Selain itu kota yang mengalami deflasi tertinggi yaitu Sorong sebesar -1,04 persen. Komoditas yang menyebabkan deflasi tinggi di Sorong, yaitu ikan kembung, angkutan udara, cabai rawit, kangkung, dan sawi hijau.
Adapun inflasi tahun kalender 2021 atau Januari hingga Agustus sebesar 0,84 persen.
BACA: Inflasi Agustus Akan Lebih Rendah dari Bulan Sebelumnya, Ini Proyeksi Ekonom
HENDARTYO HANGGI