TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 70 poin pada perdagangan hari ini di level Rp 14.060 per dolar Amerika Serikat, Rabu, 13 Januari 2021. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup pada level Rp 14.130 per dolar AS.
Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan salah satu sentimen yang memengaruhi pergerakan rupiah pada hari ini adalah dilaksanakannya vaksinasi Covid-19 perdana di Indonesia pada Rabu pagi.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Sentuh Level 7.000 di 2021
"Meski prosesnya akan memakan waktu yang cukup panjang agar vaksinasi di seluruh Indonesia selesai, tetapi harapan akan hidup berangsur-angsur normal kembali menjadi kenyataan, dan yang terpenting perekonomian bisa kembali bangkit," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis, Rabu, 13 Januari 2021.
Ibrahim mengatakan distribusi vaksin adalah kunci pemulihan ekonomi. Tanpa vaksin, masyarakat masih akan defensif sehingga pertumbuhan penawaran tidak seimbang dengan permintaan. "Tanpa distribusi vaksin yang cepat, pemulihan ekonomi akan lebih mengarah ke U-shaped ketimbang V-shaped."
Menanggapi hal tersebut, menurut dia, kalangan pengusaha dan masyarakat siap membantu Pemerintah untuk mensukseskan program vaksinasi dalam rangka menekan penularan Covid-19. Namun, ia mengatakan pemerintah perlu melakukan pemetaan bagi penerima vaksinasi.
Selain itu, ia berujar prioritas vaksinasi harus berdasarkan klaster dan seharusnya diberikan kepada kelompok masyarakat yang paling rentan menyebarkan Covid-19. "Dan jika vaksinasi tidak dilakukan dengan pemetaan maka vaksinasi tidak tepat sasaran."
Adapun sentimen dari luar negeri yang mempengaruhi rupiah, kata Ibrahim, antara lain ekonomi AS yang akan terus kuat pada paruh kedua tahun ini karena vaksinasi tersedia secara luas, tetapi Covid-19 masih mendorong ekonomi dan kebijakan moneter akan tetap akomodatif.
"Di sisi data, AS akan merilis Indeks Harga Konsumen inti bulan Desember di kemudian hari. Data Indeks Harga Produsen (PPI) Desember, penjualan ritel inti dan produksi industri dijadwalkan menyusul pada hari Jumat," ujar dia.
Sentimen lainnya adalah jumlah kasus global melebihi 91,57 juta pada 13 Januari, dengan beberapa negara Asia dan Eropa memberlakukan pembatasan yang lebih ketat untuk mengekang penyebaran virus. "Jumlah kasus yang terus meningkat juga membuat investor beralih ke aset safe-haven," kata Ibrahim.