TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan laba perusahaan dalam kurun 3 tahun terakhir. Komisaris Utama Garuda Indonesia Agus Santoso mengatakan perusahaan pelat merah itu berhasil mencetak laba sejak 2015 setelah sebelumnya berturut-turut merugi.
Baca: Garuda Indonesia Bakal Gelar RUPST, Bahas Pergantian Dirut?
Agus menjelaskan, khususnya pada tahun 2018, Garuda Indonesia yang saat itu memiliki direktur utama baru, yakni Ari Ashkara, menyelesaikan beban kerugian dalam tiga triwulan. Beban yang ditanggung saat itu mencapai US$ 110 juta.
"Namun dalam 3 bulan berjalan kami memimpin Garuda mencatat untung US$ 115,25 juta sehingga selama 2018 masih ada keuntungan US$ 5,018 juta," ucap Agus dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 24 April 2019.
Kinerja operasional Garuda Indonesia juga mencatatkan tren meningkat, yakni di sisi revenue atau pendapatan, pada 2018, perseroan berhasil mencatat US$ 4,373 miliar. Angka ini diklaim tertinggi sepanjang 16 tahun terakhir.
Sebelumnya, pada rapat umum pemegang saham atau RUPS 2015, perseroan mencatat masih mewarisi kerugian US$ 371,4 juta. Namun di akhir tahun tersebut, Garuda Indonesia mulai untung US$ 76,48 juta.
"Pada 2016, Garuda mencatat untung US$ 9,4 juta," ujar Agus. Namun, memasuki 2017, Garuda kembali mengalami kerugian. Perusahaan yang saat itu dipimpin Direktur Utama Pahala Mansyuri tercatat untung US$ 213,4 juta.
Menurut Agus, Garuda Indonesia rugi lantaran membayar pengampunan pajak atau tax amnesty dari denda pengadilan Australia sebesar US$ 145,8 juta. Dalam catatan pembukuan, perusahaan saat itu mengalami rugi riil sebesar US$ 67,6 juta.
Sementara itu, memasuki kuartal pertama 2019, Garuda Indonesia kembali mencetak untung. Dalam catatan, Garuda untung sebesar US$ 19,74 juta. "Dengan kata lain, dalam masa kepemimpinan Pemerintahan Presiden Jokowi, justru kinerja keuangan Garuda Indonesia menunjukkan tanda membaik," ucapnya.
Dengan angka-angka ini, Agus yakin Garuda Indonesia akan untung dengan upaya efisiensi dan pengembangan bisnis-bisnis multiplier effect. Selain itu, perseroan juga akan meningkatkan bisnis non-angkutan penumpang, seperti marchandise peralatan, service onboard, dan pengembangan kargo bersama BUMN lainnya.
Baca: Kuartal I, Garuda Bukukan Laba Bersih USD 19,7 Juta
Tak hanya, itu, Agus menyebutkan langkah perusahaan lainnya untuk menggenjot pendapatan bisnisnya. Misalnya melalui pengembangan maintenance GMF, efektifitas penggunaan pesawat, efektifitas rute-rute, dan penambahan rute potensial domestik oleh Garuda Indonesia.