TEMPO.CO, Jakarta -Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih memprediksi nilai tukar rupiah hari ini akan kembali bergerak melemah dipicu pesimisme yang kembali muncul pada pelaku pasar atas penyelesaian perang dagang Amerika Serikat dan Cina.
BACA: Dolar AS Menguat, Rupiah Terkoreksi di Penutupan Sore Ini
"Kemungkinan rupiah melemah karena isu perang dagang AS - Cina," ujar Lana di Jakarta, Jumat, 8 Februari 2019.
Kendati belum ada pernyataan resmi, tetapi pernyataan Presiden Trump bahwa tidak ada pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden China Xi Jinping, seperti mengkonfirmasi potensi kebuntuan pembicaraan mengenai kesepakatan dagang tersebut pada saat ini.
Efek perang dagang Cina dan AS akan mempengaruhi perdagangan global, lanjut Lana, mulai terlihat.
BACA: Kurs Jisdor Rupiah Hari Ini Melemah ke 13.978 per Dolar AS
Neraca transaksi berjalan Jepang misalnya, mencatatkan surplus pada Desember 2019, semakin kecil sejak empat bulan terakhir. Penurunan surplus tersebut terutama berasal dari neraca barang yaitu ekspor-impor Jepang.
Lana menuturkan kekhawatiran utama efek perang dagang Cina-AS berdampak pada melambatnya ekonomi global. Dana Moneter Internasional atau IMF juga merevisi proyeksi turun pertumbuhan ekonomi global dari 3,3 persen menjadi 3,1 persen untuk 2019.
"Rupiah kemungkinan melemah ke angka Rp13.980 per dolar AS sampai Rp 14.000 per dolar AS," katanya.
Hingga pukul 9.39 WIB, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, masih bergerak melemah 18 poin menjadi Rp 13.991 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp 13.973 per dolar AS.