TEMPO.CO, Jakarta - Lippo Group menjamin pelaksanaan pembangunan proyek Meikarta di Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, masih sesuai rencana dengan perizinan yang lengkap dan telah mengantongi komitmen dari para mitra strategis.
Direktur Utama Lippo Karawaci Ketut Budi Wijaya mengatakan proyek Meikarta sejak awal dirancang untuk menarik minat investor asing menanamkan modal. Proyek ini ditujukan untuk membangkitkan pasar properti yang sedang lesu dan menciptakan efek berantai bagi perekonomian nasional.
Baca juga: 50 Persen Pendanaan Meikarta Berasal dari Investor Asing
Dia mengatakan sumber pendanaan proyek ini sama seperti proyek-proyek Lippo lain yang melibatkan modal perseroan, dukungan investor strategis, dan pinjaman bank. Sejauh ini, semua berjalan normal.
“Saya sampaikan ke bursa (BEI) bahwa proyek ini jalan terus. Itu yang penting. Isu perizinan sudah kami selesaikan, walaupun dari awal kami sampaikan ini bukan masalah. Apa pun kekurangannya, kami sudah penuhi. Kami sudah ada IMB (izin mendirikan bangunan) yang benar-benar IMB,” ujar Ketut pada Kamis, 21 Juni 2018.
Baca juga: CEO Lippo Group Bicara Soal Status Tata Ruang Meikarta
Tahun lalu, perseroan mengantongi Rp 7,5 triliun dari hasil pemasaran Meikarta, yang lantas diputar untuk dukungan modal proyek ini. Selain itu, perseroan mendapatkan suntikan modal mitra strategis.
“Tidak ada investor yang hengkang. Partnernya sudah ada di situ, mereka menguasai 49 persen dari proyek itu. Sudah ada injeksi modal dari partner, kalau tidak salah sekitar Rp 3,1 triliun. Untuk sementara, tentu pembiayaan akan sesuai dengan kemajuan proyek di lapangan,” tuturnya.
Baca juga: BPN: Proyek Meikarta Belum Punya Status Tata Ruang yang Jelas
Sementara itu, terkait saham perusahaan dengan kode emiten LPKR yang terus turun, Ketut menilai kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh dinamika global yang menyebabkan tingginya arus modal keluar dari investor asing.
Saham LPKR pada perdagangan Kamis, 21 Juni 2018, ditutup di level Rp 336, level terendahnya dalam lima tahun terakhir. Tekanan pada saham LPKR salah satunya didorong oleh penurunan peringkat perseroan oleh Moody’s Investor Service pada April lalu, dari B1 menjadi B2 dengan outlook negatif, yang artinya kemungkinan penurunan lebih lanjut masih terbuka.
Baca juga: Video Meikarta Banjir Viral, Ini Tanggapan Lippo
Ketut mengatakan penilaian Moody’s disebabkan oleh lembaga tersebut melihat kinerja industri properti Indonesia yang secara umum melemah, sementara Lippo banyak bergantung pada satu proyek saja, yakni Meikarta.
“Padahal sales Meikarta tidak jelek-jelek amat. Orang lain belum jualan, kami sudah jual Rp 7,5 triliun. Kami sampaikan ke Moody’s bahwa kami memiliki rencana lain. Kami memiliki banyak aset yang bisa kita jadikan cash. Kami ada plan untuk memenuhi tuntutan yang dipersyaratkan,” ujarnya.