TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore, 24 April 2018, bergerak menguat 84 poin menjadi Rp 13.878 per dolar Amerika Serikat.
"Adanya intervensi Bank Indonesia di pasar valas membuat pergerakan nilai tukar rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS," ujar pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova, di Jakarta.
Baca juga: Rupiah Tembus Rp 14.000, Analis: Langkah Intervensi BI Tepat
Rully mengatakan Bank Indonesia cukup sigap menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil sehingga tidak mengganggu aktivitas ekonomi nasional. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi nasional dapat tercapai sesuai dengan target.
Di sisi lain, menurut dia, lelang surat utang negara yang dilaksanakan pada hari ini juga turut mendorong nilai tukar rupiah mengalami apresiasi. Lelang itu mendorong permintaan terhadap mata uang rupiah meningkat.
Baca Juga:
"Indonesia memiliki outlook ekonomi yang positif, apalagi didukung juga oleh peringkat utang Indonesia yang berada di level investment grade, sehingga SUN akan terserap pasar," katanya.
Baca juga: IHSG Anjlok Terimbas Pelemahan Rupiah
Rully menilai situasi ekonomi Indonesia yang masih cukup kondusif akan berdampak positif bagi rupiah untuk jangka menengah dan panjang. Dengan demikian, pelemahan rupiah saat ini relatif jangka pendek.
"Secara intraday, pergerakan rupiah akan fluktuatif seiring dengan sentimen yang muncul. Namun untuk jangka menengah dan panjang, rupiah masih dalam tren positif," katanya.
Rully Nova mengatakan dalam jangka pendek ini pelaku pasar uang cenderung fokus pada bank sentral Amerika Serikat (The Fed) terkait dengan kebijakan suku bunga acuannya yang dikabarkan naik dalam waktu dekat.
Sementara itu, dalam kurs tengah, Bank Indonesia pada Selasa, 24 April 2018, mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp 13.900 dibanding posisi sebelumnya Rp 13.894 per dolar Amerika.
ANTARA