TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Muhammad Nafan Aji Gusta menilai langkah Bank Indonesia melakukan intervensi terhadap pelemahan rupiah, sangat tepat. Sebelumnya, ditinjau dari daily chat kemarin, rupiah sempat menyentuh level 14.035 terhadap dolar AS. Sehingga, BI mengumumkan akan melakukan intervensi tadi pagi dan efeknya, rupiah dibuka menguat 54 poin atau 0,39 persen ke level Rp13.921 per dolar AS pada Selasa, 24 April 2018.
"Ini langkah tepat. BI harus terus mengawasi dan memonitor pergerakan rupiah supaya tidak mengalami pelemahan signifikan secara terus-menerus," ujar Nafan saat dihubungi Tempo pada Selasa, 24 April 2018.
Simak: Kurs Rupiah Melemah, BI Minta Masyarakat Tak Borong Dolar
Pantauan Tempo, rupiah bergerak fluktuatif sejak pagi tadi. Nafan memprediksikan pergerakan rupiah akan lebih mixed dengan kecenderungan menguat terhadap dolar AS. Secara teknikal, ujarnya, pada daily chart Senin 23 April pukul 19.30 WIB kemarin, terlihat pola shooting star candle yang mengindikasikan adanya peluang bagi terkoreksinya dolar AS, didukung oleh indikator Stochastic dan RSI yang sudah menunjukkan overbought atau jenuh beli.
Seiring dengan meningkatnya tekanan eksternal, ujarnya, hawkish statement dari The Fed yang kembali mewacanakan kenaikan suku bunga secara agresif pada tahun ini, menyebabkan negara-negara emerging markets mengalami capital outflow. "Secara tidak langsung, ini menyebabkan rupiah terdepresiasi signifikan terhadap dolar AS, tapi sentimen dalam negeri masih minim" ujarnya.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyatakan BI akan menjaga stabilitas nilai rupiah dengan melakukan intervensi, yakni menjual dolar dan membeli surat utang negara. Dua intervensi itu yang dilakukan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Menurut dia, level rupiah ditentukan oleh mekanisme pasar sepenuhnya dan pelemahan nilai tukar rupiah tersebut disebabkan oleh faktor eksternal, sehingga bukan karena kondisi ekonomi di dalam negeri sedang melemah.
"Tekanan terhadap rupiah karena dampak ekonomi global, yakni perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina, sehingga tidak hanya berdampak pada Indonesia. Negara-negara berkembang lain juga terdampak," kata Dody setelah menghadiri serah-terima jabatan Kepala Kantor Perwakilan BI Jember di Gedung Serbaguna BI Jember, Jawa Timur, Senin sore, 23 April 2018.