TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Joko Widodo telah mengajukan Perry Warjiyo sebagai calon Gubernur BI. Namun gebrakan kebijakan moneter Perry Warjiyo diragukan oleh anggota Komisi XI DPR dan pengamat ekonomi INDEF.
Ahli ekonomi dari INDEF, Bhima Yudhistira, saat dihubungi, Sabtu, 24 Januari 2018 mengatakan, Perry Warjiyo adalah sosok internal Bank Indonesia yang berpengalaman sehingga mampu meningkatkan soliditas di tubuh otoritas moneter. Namun, ia dikhawatirkan kurang membuat gebrakan dalam menjawab tantangan global sehingga membuat Bank Indonesia berada dalam status quo.
"Padahal 2018 adalah era bunga murah sudah berakhir. Berbagai bank sentral mulai dari Fed hingga European Central Bank berniat melakukan pengetatan moneter," kata Yudhistira.
Anggota Komisi XI DPR yang membidangi Keuangan dan Perbankan, Muhammad Purnamasidi, mengatakan, jika Perry Warjiyo terpilih sebagai Gubernur BI, dia harus membuat kebijakan yang lebih dinamis, baik untuk penguatan kerangka kebijakan moneter dan makroprudensial.
"Perlu buat kebijakan yang dinamis, lebih maju dan progresif di banding dengan kebijakan gubernur Bank Indonesia yang lama," kata anggota Fraksi Partai Golkar DPR itu.
Bank Indonesia yang dikonfirmasi terkait calon gubernur Bank Indonesia, mengaku belum mengetahui pengajuan nama calon pengganti Agus Martowardojo yang akan pensiun sebentar lagi.
"Saya belum tahu, itu yang tahu Presiden Joko Widodo," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Sugeng, di Padang.
Istana Kepresidenan sudah mengkonfirmasi Jokowi telah mengirim nama calon gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2018-2023 ke DPR, Jumat kemarin
Nur Purnamasidi, anggota Fraksi Partai Golkar DPR, mengatakan, adalah nama Perry Warjiyo yang diajukan Jokowi sebagai satu-satunya calon Gubernur BI itu. Selanjutnya Perry Warjiyo harus diuji kelayakannya di depan DPR.
ANTARA