TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Securitas, Reza Priyambada, mengatakan pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 oleh pemerintah kemarin belum mampu membuat kurs rupiah menguat. "Pada kenyataannya, laju rupiah cenderung berbalik melemah meski terdapat sejumlah sentimen positif dari dalam negeri," ucap Reza Priyambada, Kamis, 26 Oktober 2017.
Reza memperkirakan rupiah akan bergerak pada kisaran support 13.583 dan resisten Rp 13.519 per dolar Amerika Serikat. "Tentunya berbagai sentimen akan mempengaruhi laju rupiah," ujarnya.
Baca: 5 Hari Melemah, Kurs Rupiah Akhirnya Kembali Rebound
Meski diharapkan pelemahan dapat lebih terbatas, tutur Reza, harapan akan terjadinya penguatan mulai sirna. "Sehingga dikhawatirkan akan terjadi pelemahan lanjutan."
Menurut situs resmi Bank Indonesia, kurs tengah rupiah terhadap dolar Amerika tercatat Rp 13.570 per dolar Amerika pada 25 Oktober 2017. Angka itu naik Rp 41 dibanding hari sebelumnya sebesar Rp 13.529 per dolar Amerika.
Reza melihat, setelah menguat, laju rupiah berbalik turun. Menurut Reza, kondisi ini jelas berbeda dengan IHSG yang merespons positif sejumlah sentimen. "Tampaknya rupiah lebih merespons pergerakan USD yang terapresiasi dibanding sentimen positif dari dalam negeri," katanya.
Menurut Reza, laju dolar Amerika menguat seiring dengan adanya pemberitaan Partai Republik Amerika yang lebih memilih John Taylor dibanding Jerome Powell menjadi kandidat pengganti Janet Yellen sebagai Gubernur The Fed. Taylor dipilih karena dianggap akan lebih agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga The Fed.