TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad telah meminta jajarannya mengkaji pengaruh kisruh di Timur Tengah terhadap perekonomian Indonesia. Kasus itu bermula dari pemutusan hubungan diplomatik sejumlah negara Arab dengan Qatar.
"Hingga hari ini, kami belum melihat sesuatu yang mengkhawatirkan. Namun kami tetap harus watch very closely. Kami sudah aware, tapi berapa size-nya masih terus kami lihat," katanya saat ditemui di gedung OJK, Jakarta Pusat, Senin, 12 Juni 2017.
Baca: Krisis Qatar, Uni Emirat Arab Ancam Embargo Ekonomi
Menurut Muliaman, kasus Qatar terkesan mendadak. Hingga kini, kata dia, dinamika permasalahan tersebut cukup tinggi. "Masih sangat floating situasinya. Nanti kami lihat dampaknya seberapa besar. Namun itu menjadi perhatian OJK," tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral I Gusti Nyoman Wiratmadja Puja mengatakan faktor geopolitik, termasuk konflik Qatar, berpengaruh besar terhadap harga minyak, termasuk Indonesian Crude Price (ICP).
Simak: Jokowi Ingin Indonesia Berperan Selesaikan Krisis Qatar
"Situasi di Timur Tengah saat ini membuat harga minyak mulai bergerak naik. Jadi faktor geopolitik perannya besar sekali," ujarnya. Dengan kenaikan itu, pemerintah mengusulkan ICP dipatok US$ 55 per barel dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018.
ANGELINA ANJAR SAWITRI