TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku optimistis pertumbuhan ekonomi pada 2017 lebih baik dibanding tahun lalu, yang tercatat sekitar 5,02 persen. Kenaikan harga komoditas di pasar global akhir akhir ini menjadi salah satu keyakinan meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.
Kalla mengatakan, pertumbuhan pada 2017 bisa lebih baik. "Kenapa kami mengharapkan lebih baik? Karena pada tahun-tahun lalu, 2015 dan 2016, mengalami masalah di penerimaan dan pertumbuhan di daerah. Ini karena harga-harga komoditas turun," kata Kalla, Jumat, 20 Februari 2017, di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta.
Harga komoditas yang dimaksud seperti batu bara, sawit, dan nikel. Menurut Kalla, sejak akhir 2016, harga komoditas sudah naik. Harga batubara sudah sampai ke US$ 80 per ton dari sebelumnya US$ 50 per ton. Demikian juga harga nikel yang mulai membaik karena stok di Cina menurun.
Kenaikan harga komoditas itu diharapkan bisa meningkatkan pendapatan negara dan masyarakat, yang ujungnya bisa meningkatkan pendapatan pajak. Kenaikan penerimaan pajak ini akan berpengaruh pada kesehatan fiskal yang tercermin dalam APBN. Kalla berharap APBN 2017 lebih baik dibanding tahun lalu yang sempat mengalami pemotongan anggaran.
Lebih jauh, Kalla mengatakan, efektivitas APBN 2017 juga akan lebih baik. Selain karena penerimaan meningkat akibat kenaikan harga komoditas, juga ada proses ekstensifikasi perpajakan setelah program tax amnesty. "Dua hal saja itu lebih baik," kata Kalla.
Meskipun demikian, kata dia, kinerja ekonomi nasional juga tetap punya risiko global, misalnya kebijakan ekonomi Amerika di bawah Presiden Donal Trump maupun kemungkinan respons dari Cina. Meski begitu, rasa optimisme Kalla pada ekonomi nasional tahun ini lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Walaupun masih ada risikonya, tapi dibandingkan dengan masalah tahun-tahun lalu, ini jauh lebih baik. Yakni di komoditas dan perkembangan ekonomi yang lainnya. Sehingga kita lebih optimis lagi," kata Kalla.
AMIRULLAH SUHADA