TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas menguat tajam mendekati level tertinggi dalam sembilan bulan terakhir pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB). Kenaikan itu memperpanjang kenaikan untuk sesi ketiga berturut-turut, didorong ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih lambat oleh Federal Reserve (Fed).
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, melonjak US$ 22,90 atau 1,21 persen menjadi ditutup pada US$ 1.921,70 per ounce, setelah diperdagangkan mencapai puncak sesi di US$ 1.925,30 dan terendah US$ 1.895,10.
Baca: Bahlil Umumkan Target Investasi 2022 Tercapai: Rp 1.200 Triliun Lebih Sedikit
Emas berjangka ditutup di atas US$ 1.900 pada Jumat, 13 Januari 2023 untuk pertama kalinya sejak akhir April dan mengakhiri pekan ini dengan 2,8 persen lebih tinggi.
Emas berjangka terangkat US$ 19,90 atau 1,06 persen menjadi US$ 1.898,80 pada Kamis, 12 Januari 2023), setelah terkerek US$ 2,40 atau 0,13 persen menjadi US$ 1.878,90 pada Rabu dan merosot US$ 1,30 atau 0,07 persen menjadi US$ 1.876,50 pada Selasa.
Data indeks harga konsumen Desember yang dirilis Kamis, 12 Januari 2023 mengonfirmasi bahwa inflasi AS berada di jalur menurun. Tetapi karena masih jauh untuk mencapai target inflasi Federal Reserve 2,0 persen, pasar memperkirakan bank sentral Amerika Serikat itu akan terus menaikkan suku bunga acuan, tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat, kemungkinan sebesar 25 basis poin dalam pertemuan kebijakan moneter berikutnya pada 1 Februari.
Emas telah menguat selama tiga bulan terakhir karena inflasi yang surut dan mendorong imbal hasil obligasi pemerintah dan dolar lebih rendah di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan jauh lebih tidak agresif dengan kenaikan suku bunga tahun ini dibandingkan tahun 2022 dan bahkan mungkin menyelesaikan pengetatan moneter jauh sebelum akhir tahun ini.
"Harga emas naik karena Wall Street semakin yakin bahwa Fed hampir selesai menaikkan suku bunga," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA. "Emas tanpa bunga menyukai penurunan imbal hasil obligasi dan itu dapat berlanjut ketika pendapatan datang lebih lemah dari perkiraan."
Moya mengatakan, jika emas dapat "ditutup dengan nyaman di atas level US$ 1.900 , itu bisa menjadi sinyal yang sangat bullish untuk sisa bulan ini", menambahkan bahwa ia memperkirakan "resistensi kuat di wilayah US$ 1.950" untuk logam kuning.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Jumat bahwa indeks harga impor AS naik 0,4 persen pada Desember setelah turun sebesar 0,7 persen yang direvisi pada November, mengejutkan para ekonom yang memperkirakan penurunan 0,8 persen.
Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan yang dirilis Jumat naik menjadi 64,6 dalam survei awal Januari, pembacaan tertinggi sejak Januari 2022 dan naik 8,2 persen dari pembacaan Desember 59,7.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 36,8 sen atau 1,53 persen, menjadi enetap pada US$ 24,372 per ounce. Platinum untuk pengiriman April tergelincir US$ 11,8 atau 1,09 persen, ditutup menjadi pada US$ 1.072,50 per ounce.
Baca: Daftar Lengkap Diskon Tiket Kereta PT KAI untuk Lansia, Veteran, Wartawan, hingga Civitas Akademika
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.