TEMPO.CO, Jakarta - Analis senior dari Bina Artha Securities, Reza Priyambada, memperkirakan laju rupiah kembali menguat dengan memanfaatkan tren yang ada. Rupiah diperkirakan bergerak dengan kisaran support 13.580 dan resisten 13.485.
"Cermati berbagai sentimen yang ada serta waspadai bila kembali meningkat aksi jual yang dapat berimbas pada pembalikan arah rupiah," kata Reza dalam pesan tertulisnya, Kamis, 1 Desember 2016.
Kemarin, laju rupiah mampu berbalik menguat seiring respons positif pelaku pasar terhadap turunnya laju imbal hasil (yield) T-notes Amerika Serikat. Meski demikian, penguatan laju rupiah terjadi saat dolar Amerika Serikat bergerak positif pada sejumlah mata uang Asia.
Adapun penguatan dolar Amerika terjadi setelah pelaku pasar merespons positif rilis pertumbuhan GDP kuartal kedua Amerika sebesar 3,2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (YOY) dan lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya yang mencapai 2,9 persen.
Angka penjualan rumah di Amerika dirilis naik di level 0,4 persen dari angka Oktober (MOM) di level 0,3 persen. Sedangkan angka indeks kepercayaan konsumen naik dari 100,8 menjadi 107,1.
Menurut Reza, penguatan rupiah turut dipengaruhi imbas adanya komentar positif dari salah satu petinggi The Fed serta pernyataan Bank Indonesia terkait dengan rencana menerapkan inklusi keuangan untuk meningkatkan efisiensi dan memperluas jaringan perbankan.
DESTRIANITA