TEMPO.CO, Bandung - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, ada tiga produk yang harus diperhatikan jika ingin mendongkrak wisata halal. Yakni kuliner, busana, serta kosmetik. “Inilah yang akan memandu kita untuk menarik wisatawan mancanegara ke Indonesia,” kata Menteri selepas berbicara di Seminar Internasional Pariwisata Halal di kampus Insititut Teknologi Bandung, Rabu, 1 September 2016.
Tiga produk itu menjadi pilihan karena memiliki pasar paling besar. Tiga produk itu dimintanya untuk disertifikasi yang diakui di dunia internasional. “Mohon disampaikan pada seluruh masyarakat, terutama pelaku bisnis wisata halal bahwa poinnya memang sederhana, gunakan standar global yang sudah diakui di dunia.”
Dia mencontohkan produk fesyen yang paling potensial adalah hijab. “Tapi waktu itu saya ganti menjadi modest fashion, kalau hijab saya khawatir nanti pasarnya akan terbatas. Kalau modest itu bisa digunakan oleh muslimah dan non muslimah.”
Menurut Arief, menjadi negara dengan penududuk muslim terbesar tidak otomatis akan menarik minat turis muslim datang. Sehingga diperlukan upaya menggunakan standar global.
Dari data kunjungan wisatawan asing muslim menempatkan posisi Indonesia di bawah Thailand dan Singapura. Jumlah wisatawan muslim yang datang ke Singapura, negara yang kecil, 3,5 juta orang. “Lebih besar daripada yang datang ke Indonesia sekitar 3 juta orang,” kata dia.
Arief mengatakan, pemerintah sudah menetapkan sepuluh tujuan wisata halal di Indonesia, salah satunya Jawa Barat. “Tiga yang populer itu Aceh, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara Barat.”
Dia meminta Institut Teknologi Bandung menjadi pusat kajian wisata halal untuk mendidik sumber daya manusia. “Nanti ITB yang bertanggung-jawab mendidik SDM untuk wisata halal,” kata Arief.
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan, wisata halal merupakan produk yang berpotensi dikembangkan di Jawa Barat. Jawa Barat misalnya, sudah mencanangkan diri sebagai provinsi halal. Salah satunya dengan program rutin memfasilitasi sertifikasi halal untuk beragam produk di wilayahnya. “Fasilitasi sertifikasi halal bagi produk pangan, obat, dan kosmetik hingga saat ini sudah mencapai 11.572 sertifikat,” kata dia di seminar.
Deddy mengatakan ada sejumlah keuntungan mengembangkan wisata halal. Di antaranya memastikan memberi rasa aman. Sebagai keluarga muslim maupun non muslim akan merasa aman berwisata di tempat wisata halal dibandingkan ke tempat wisata biasa. “Daripada ngeliatin anak-anak kita ke mana-mana, wisata untuk keluarga itu wisata halal yang nyaman.”
Ketua Pusat Halal Masjid Salman ITB, sekaligus Ketua Dewan Pembina Masjid Salman ITB, Syarif Hidayat mengatakan, seminar itu bertujuan mempromosikan dua hal yakni pariwisata dan halal. “Kita punya harapan pada dekade mendatang.” Pariwisata akan memberikan sumbangan devisa besar, tanpa perlu impor mesin dan bahan baku dari luar. Bahannya semua sudah ada, tinggal mengelolanya dengan baik.
Syarif mengatakan, halal saat ini menjadi satu kata baru yang menjanjikan setelah DPR mengesahkan Undang-Undang Produk Halal. “Kata halal saat ini sudah menjadi nomenklatur dunia.” Berbeda denga syariah yang berkonotasi agama, halal lebih bisa diterima.
AHMAD FIKRI