TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore, 12 Agustus 2016, bergerak melemah tipis sebesar delapan poin menjadi 13.111 dibandingkan dengan posisi sebelumnya di 13.103 per dolar Amerika Serikat.
Analis dari Monex Investindo Futures, Putu Agus, di Jakarta, Jumat, 12 Agustus 2016, mengatakan bahwa stabilnya data klaim awal tunjangan pengangguran mingguan di Amerika Serikat membuat dolar AS kembali menguat terhadap sejumlah mata uang global, termasuk rupiah.
"Potensi bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan kembali terbuka seiring dengan membaiknya pasar tenaga kerja dan kemungkinan inflasi bergerak lebih tinggi," katanya.
Ia menilai bahwa sebagian pelaku pasar juga sedang mengambil posisi terhadap dolar AS menjelang rilis data penjualan retail, indeks harga produsen, dan tingkat keyakinan konsumen di AS.
"Jika data-data dirilis lebih baik daripada perkiraan, dolar kemungkinan akan melanjutkan penguatan, begitu juga sebaliknya, dolar dapat melemah jika data-data tersebut mengecewakan," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, harga minyak mentah dunia yang menguat merespons Arab Saudi yang berniat untuk menstabilkan harga cukup berdampak positif bagi mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah, sehingga tidak tertekan lebih dalam.
Bursa internasional mencatat harga minyak mentah dunia jenis WTI naik 0,30 persen menjadi 43,62 dolar AS per barel dan minyak mentah Brent naik 0,17 persen menjadi 46,12 dolar AS per barel.
Ia menambahkan bahwa kondisi ekonomi domestik yang juga cukup kondusif menambah pengaruh positif bagi rupiah.
Bank Indonesia pada Jumat, 12 Agustus 2016, mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi 13.120 dibandingkan dengan hari sebelumnya, 11 Agustus 2016, yakni 13.113.
ANTARA