TEMPO.CO, Kourou - Setelah sempat tertunda dua kali, peluncuran BRIsat, satelit milik PT Bank Rakyat Indonesia (persero), kini memasuki tahap akhir atau roll out. Roket Ariane 5, yang membawa BRIsat dan Echostar XVIII, milik perusahaan asal Amerika Serikat, mulai dipasang di landasan peluncuran milik Arianespace di Kourou, Guyana Prancis, Kamis, 16 Juni 2016.
Berdasarkan pantauan Tempo, roket Ariane 5 dan BRIsat keluar dari area perakitan akhir atau batimen d'assemblage finale (BAF) sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Roket itu ditarik sebuah wahana pengangkut melalui rel khusus sepanjang 5 kilometer. Proses penarikan hingga pemasangan roket Ariane 5 di landasan peluncur memakan waktu satu jam.
Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengaku lega setelah persiapan peluncuran Ariane 5 berjalan lancar. Asmawi yakin, setelah mengorbit, BRIsat akan menjadi kendaraan BRI untuk memperluas cakupan layanan keuangan hingga daerah terpencil. BRIsat juga diyakini Asmawi bisa membuat beban operasi BRI lebih efisien, "Terutama dalam upaya penyediaan layanan perbankan digital yang menjadi tulang punggung bisnis di masa mendatang," tuturnya di lokasi peluncuran.
Peluncuran BRIsat sempat tertunda dua kali lantaran beberapa masalah. Pada pekan lalu, penundaan peluncuran BRIsat disebabkan oleh anomali pada penghubung kriogenik. Rabu lalu, launching BRIsat kembali tertunda lantaran masalah pada sambungan elektrik. Manajemen Arianespace selaku kontraktor peluncuran menyatakan permintaan maaf atas penundaan ini.
BRIsat, yang menelan investasi Rp 3,375 triliun, akan mengorbit di titik 150,5 derajat Bujur Timur atau tepatnya di langit Papua, menggantikan satelit milik Indosat, yang sudah kedaluwarsa. BRI mengklaim BRIsat bisa meminimalkan gangguan jaringan pada 11 ribu kantor cabangnya. Sebanyak 53 karyawan didapuk menjadi operator satelit buatan Space System Loral Amerika Serikat ini.
Manajemen BRI mengklaim BRIsat bisa menghemat beban operasi hingga 40 persen atau sekitar Rp 200 miliar. Selama ini, BRI menyewa satelit berkapasitas 23 transponder dari pihak lain dengan biaya Rp 500 miliar per tahun. BRIsat, yang memiliki 45 transponder, yang terbagi menjadi 9 untuk Ku-Band dan 36 untuk C-Band, juga akan dimanfaatkan instansi pemerintah.
FERY FIRMANSYAH