TEMPO.CO, Denpasar - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution membuka Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan Lingkungan atau International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) 2016 yang kelima di Bali pada Rabu, 16 Maret 2016.
“Indonesia sebagai produsen CPO terbesar harus mampu mengantisipasi tantangan dan peluang di masa depan,” kata Darmin membuka konferensi. Menurut dia, Indonesia harus memiliki pemikiran maju, yang bisa mengidentifikasi cara baru atau unik untuk memecahkan tantangan.
Darmin mengatakan Indonesia telah berhasil meluncurkan inisiatif Biodiesel B-20 pada 2015. Inisiatif ini merupakan dorongan utama untuk energi campuran karena Indonesia membutuhkan sumber energi yang lebih berkelanjutan.
Dengan adanya permintaan tambahan untuk CPO harga minyak sawit mentah dapat didongkrak walau tipis, yakni dari US$ 535 per ton menjadi US$ 565 per ton. “Ini menunjukkan kebijakan B-20 tidak hanya menciptakan permintaan untuk CPO tetapi juga melindungi petani kecil dari potensi krisis,” ucapnya.
Perusahaan yang lebih kuat harus bisa mencari solusi jangka panjang untuk meningkatkan praktek keberlanjutan petani. Mereka juga harus bekerja sama dengan pemerintah untuk mempromosikan praktek perkebunan yang baik dan berkelanjutan.
ICOPE 2016 mengusung tema “Sawit Berkelanjutan dan Perubahan Iklim: Jalan ke Depan melalui Mitigasi dan Adaptasi.” Kegiatan ini diikuti 400 ilmuwan internasional, pejabat pemerintahan, masyarakat sipil, perwakilan industri, peneliti, serta akademikus dari 17 negara.
Para delegasi ini akan membahas berbagai isu, mulai dari dinamika terjadinya El Nino atau La Nina di masa depan, bagaimana peran industri kelapa sawit dalam mitigasi, dan perhitungan jejak karbon dan pengurangan emisi dari industri kelapa sawit.
ICOPE merupakan gelaran dua tahunan yang diselenggarakan oleh PT Smart Tbk, bekerja sama dengan WWF Indonesia dan CIRAD Prancis.
BAGUS PRASETIYO