TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir mengatakan perusahaan mampu menjaga tingkat likuiditas meskipun mengalami penurunan profitabilitas. Pendapatan yang turun ini disebabkan penurunan volume penjualan dan harga jual rata-rata.
“Saat ini profitabilitas Adaro sedang mengalami tekanan yang cukup kuat karena harga batu bara yang terus menurun,” kata Thohir dalam keterangan laporan keuangan konsolidasi unaudited periode sembilan bulan sepanjang 2015, Sabtu, 31 Oktober 2015.
Ia menjelaskan, pendapatan perusahaan turun sebesar 16 persen menjadi US$ 112 juta. Penurunan volume penjualan juga terjadi sebesar 3 persen menjadi 41,2 juta ton dan penurunan harga jual rata-rata sebesar 14 persen.
Akan tetapi, kata Thohir, dalam kondisi ini, bisnis model Adaro telah teruji dan pencapaian menunjukkan ketangguhan model bisnisnya. Ia optimistis dapat mencapai target EBITDA tahun 2015 sebesar US$ 550-800 juta. "Kini kami terus menjalankan bisnis dan menerapkan strategi untuk memperkuat keberlanjutan bisnis inti Adaro."
Menurut Thohir, ada tiga motor penggerak pertumbuhan perusahaan yang meliputi pertambangan batu bara, jasa pertambangan dan logistik, serta ketenagalistrikan. "Kami meningkatkan efisiensi biaya di sepanjang rantai pasokan batu bara, memperkuat unit logistik, bergerak lebih jauh ke hilir memasuki bisnis ketenagalistrikan, dan tetap membayar dividen tunai tahunan," ujarnya.
Dalam kinerja keuangan, struktur permodalan tetap kokoh dengan rasio utang bersih sebesar 1,18 kali dan rasio utang bersih terhadap modal sebesar 0,26 kali pada September. "Kami menjaga likuiditas yang kuat dengan saldo kas US$ 785 juta untuk mengantisipasi kondisi yang sedang turun," tuturnya.
Selain itu, Adaro dapat menurunkan biaya kas batu bara sebesar 12 persen menjadi US$ 28,73 per ton pada periode ini. Penurunan ini, kata Thohir, disebabkan nisbah kupas, biaya penanganan dan pengangkutan batu bara, serta harga bahan bakar yang lebih rendah.
Pada sembilan bulan, pendapatan bersih Adaro turun sebesar 19 persen menjadi US$ 181 juta. Adapun laba inti yang tidak termasuk komponen akuntansi non-operasional turun 21 persen menjadi US$ 228 juta. Adaro menghasilkan arus kas bebas yang positif sebesar US$ 356 juta.
ARKHELAUS WISNU