TEMPO.CO, Seoul - Pabrikan otomotif asal Korea Selatan, Hyundai Motor Co., mencatatkan penurunan laba pada kuartal IV 2012, meskipun angka penjualan mencetak rekor. Penurunan laba ini diduga akibat penguatan nilai tukar mata uang won dan biaya klaim penggantian kelebihan bahan bakar bagi konsumen di Amerika Utara. Realisasi laba ini cukup mengejutkan para pengamat karena sebelumnya mereka memperkirakan Hyundai bisa membukukan pertumbuhan laba.
Hyundai, yang meraih predikat sebagai pabrikan mobil dengan angka penjualan terbesar kelima di dunia, mencatatkan laba bersih 1,89 triliun won (US$ 1,77 miliar) pada periode Oktober-Desember 2012. Angka itu lebih rendah dari perkiraan 15 ekonom yang disurvei Reuters, yakni sebesar 2,15 triliun won.
Laba Hyundai turun 6 persen pada kuartal IV 2012 dari perolehan 2 triliun won dalam periode yang sama pada 2011. Padahal perseroan membukukan kenaikan pendapatan 10,7 persen menjadi 22,72 triliun won pada kuartal IV 2012, seiring dengan volume penjualan yang mencetak rekor 1,22 juta unit dalam skala global.
“Laba Hyundai tergerus sekitar 350 miliar won akibat pembayaran ganti rugi biaya bahan bakar di Amerika Serikat dan apresiasi nilai tukar won,” ujar Eric Choi, seorang analis pada Shinhan Investment Corp.
Sepanjang tahun lalu, nilai tukar won menguat 8 persen dibanding nilai dolar Amerika Serikat. Kenaikan itu merupakan yang pertama kali sejak 2009. Situasi itu mengakibatkan margin laba penjualan mobil Hyundai di pasar ekspor tergerus dan daya saing mobil perseroan juga melemah.
Hyundai dan perusahaan yang terafiliasi Kia Motors menyatakan akan memberikan ganti rugi untuk biaya tambahan bahan bakar kepada konsumen di Amerika. Para analis memperkirakan Hyundai harus merogoh sekitar 300-400 miliar won untuk biaya ganti rugi ini.
REUTERS | XINHUA | ABDUL MALIK