Pemimpin Bank Indonesia Kediri Mastsino mengatakan ketergantungan sektor ekonomi Pemerintah Kota Kediri terhadap keberadaan PT Gudang Garam harus mulai dikurangi. Dia khawatir masalah itu memilik dampak yang sangat besar pada masyarakat Kediri. “Kalau dilepas Gudang Garam, Kota Kediri ini seperti kecamatan,” sindir Matsisno, Kamis (20/5).
Menurut pengamatan Bank Indonesia, multiply effect ekonomi Gudang Garam sangat mempengaruhi penjualan nilai jasa dan barang masyarakat. Di lain sisi, kondisi ini sangat mengancam stabilitas ekonomi jika sewaktu-waktu perusahaan rokok tersebut berhenti berproduksi.
Karena itu Matsisno berharap kepada pemerintah setempat untuk mulai menciptakan peluang-peluang baru. Di antaranya dengan mempercepat pendirian lembaga pendidikan Politeknik Kediri yang bekerjasama dengan Universitas Brawijaya.
Keberadaan perguruan tinggi negeri itu diprediksi akan menumbuhkan mata rantai baru di Kota Kediri, hingga lambat laun memperkecil tingkat ketergantungan pada Gudang Garam. Hal ini terbukti dengan pertumbuhan ekonomi Kota Malang dan Jember yang cukup pesat dengan keberadaan kampus negeri. “Pemerintah harus bisa mendirikan kampus negeri di Kediri,” katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2006, PDRB Kota Kediri mencapai Rp 37 triliun. Dari jumlah tersebut 75 persen atau sekitar Rp 27 triliun disumbang Gudang Garam.
Terpisah Direktur Perguruan Tinggi Politeknik Kediri Muhammad Zaini mengaku kesulitan mendapatkan akreditasi dari Direktorat Pendidikan Tinggi. Sejak didirikan pada 2008 lalu, hingga saat ini jumlah mahasiswa di kampus tersebut tak lebih dari 160 orang. Mereka terdiri dari sembilan mahasiswa Teknik Mesin, 108 mahasiswa Teknik Informasi, dan 43 mahasiswa Akuntansi.
Adapun jumlah pengajarnya sebanyak enam dosen tetap dan 18 dosen lepas dengan gelar Strata Dua (S2). “Kami juga berharap kampus ini bisa besar,” kata Zaini yang mengeluhkan minimnya dukungan promosi dari pemerintah daerah. HARI TRI WASONO.