TEMPO.CO, Jakarta - PT Hutama Karya (Persero) mencatatkan kinerja keuangan yang positif dengan pertumbuhan aset signifikan. Aset perusahaan meningkat dari Rp93,51 triliun pada 2019 menjadi Rp169,73 triliun pada akhir 2023, tumbuh 81,51 persen.
Pada 2023, Hutama Karya menempati posisi ke-10 dalam daftar BUMN dengan aset terbesar. Selain itu, laba bersih perusahaan melonjak 521 persen mencapai Rp1,87 triliun, dan pendapatan naik 11,81 persen menjadi Rp26,93 triliun. Perusahaan juga berhasil menurunkan liabilitas sebesar 24,7 persen melalui strategi asset recycling.
Pada Semester I 2024, aset perusahaan meningkat menjadi Rp188,78 triliun, didorong oleh proyek strategis seperti pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) dan keterlibatan dalam proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Hutama Karya telah membangun 1.235 km JTTS, dengan peningkatan trafik tol hingga 14,8 persen pada Semester I 2024.
Pertumbuhan ini tak lepas dari dukungan kebijakan pemerintah dan penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG), dengan tujuan memperkuat kontribusi dalam pembangunan infrastruktur nasional.
Profil Hutama Karya
PT Hutama Karya (Persero) adalah perusahaan milik negara yang bergerak di bidang jasa konstruksi, pengembangan, dan pengelolaan jalan tol. Perusahaan ini awalnya bernama Hollandsche Beton Maatschappij, sebuah perusahaan swasta pada masa kolonial Belanda. Setelah Indonesia merdeka, perusahaan ini diambil alih oleh pemerintah dan melalui Peraturan Pemerintah No. 61/1961, namanya diubah menjadi Perusahaan Negara Hutama Karya, yang secara resmi mulai beroperasi pada 29 Maret 1961.
Pada tahun 1970, Hutama Karya menjadi pelopor dalam penggunaan teknologi beton pra-tekan di Indonesia dengan memperkenalkan sistem prategang BBRV dari Swiss. Perusahaan juga berubah status menjadi perseroan terbatas, yaitu PT Hutama Karya (Persero), sebagai bagian dari modernisasi perusahaan.
Memasuki era 2000-an, Hutama Karya memperluas usahanya ke sektor swasta dengan membangun gedung-gedung bertingkat tinggi seperti Bakrie Tower serta infrastruktur lainnya, termasuk jalan tol. Di tengah ekspansi ini, perusahaan tetap menjaga standar kualitas dengan memperoleh sertifikasi ISO 9001:2008, ISO 14001:2004, dan OHSAS 18001:2007, sebagai bukti komitmennya terhadap mutu dan keselamatan kerja.
Pada tahun 2014, Hutama Karya diberi mandat oleh pemerintah untuk membangun dan mengembangkan Jalan Tol Trans-Sumatera, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui dengan Perpres Nomor 117 Tahun 2015.
Penugasan ini melibatkan pembangunan jalan tol sepanjang 2.770 kilometer, dengan prioritas pada delapan ruas utama. Hingga kini, Hutama Karya telah berhasil menyelesaikan sekitar 740 kilometer dari jalan tol tersebut, dan proyek ini akan terus berlanjut dengan tujuan menghubungkan wilayah dari Lampung hingga Aceh, guna meningkatkan konektivitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera.
ANANDA RIDHO SULISTYA | NI MADE SUKMASARI
Pilihan Editor: Kementerian BUMN Katakan Peleburan Hutama Karya dengan Waskita Karya Terus Digenjot