TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi menerima lawatan dari sejumlah petinggi PT Vale Indonesia Tbk. Jokowi menerima mereka di Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis, 5 September 2024, sekitar pukul 10.30 WIB.
Direktur PT Vale Indonesia Febriany Eddy, Chairman Vale Base Metal Global Mark Cutifani, dan Chief Sustainable and Corp Affair Vale Base Metal Emily Olson, memasuki pintu depan Istana Jakarta sekitar pukul 10.00 WIB. Febriany mengatakan dirinya ingn memperkenalkan petingga Vale Base Metals, seperti chairman vale base metal yang sedang berkunjung ke Indonesia.
Sejarah Singkat Vale
Vale salah satu perusahaan tambang di Indonesia yang dikenal karena keterlibatannya di industri pertambangan, tepatnya pada pengolahan nikel terintegrasi. PT Vale telah eksis di Indonesia sejak memulai eksplorasi pada 1920-an dan mendirikan entitas yang dahulu bernama PT International Nickel Indonesia (INCO) pada Juli 1968. Saat itu, kesepakatan dengan pemerintah dibuat dalam bentuk Kontrak Karya (KK).
Selama 56 tahun, PT Vale telah melalui berbagai tantangan dan mencapai banyak pencapaian. Sejak penandatanganan KK di era PT INCO, Perseroan melakukan berbagai inovasi untuk kelancaran operasional, salah satunya dengan membangun tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Ketiga PLTA ini menjadikan pabrik pengolahan nikel dengan intensitas karbon terendah di Indonesia.
Bertahun-tahun sebelum pemerintah Indonesia memerintahkan hilirisasi mineral, PT Vale telah menjalankan pabrik pengolahan di Sorowako sejak 1977. Peresmian pabrik pengolahan tersebut dihadiri oleh Presiden Soeharto.
Seiring perjalanannya, PT INCO berkembang menjadi perusahaan tambang nikel terkemuka. Pada 2011, terjadi perubahan susunan pemegang saham yang berujung pada perubahan nama entitas perusahaan menjadi PT Vale Indonesia Tbk.
Sepak Terjang Vale
Beroperasi dalam naungan Kontrak Karya yang telah diamandemen pada 17 Oktober 2014 dan berlaku hingga 28 Desember 2025 dengan luas konsesi seluas 118.017 hektar meliputi Sulawesi Selatan (70.566 hektar), Sulawesi Tengah (22.699 hektar) dan Sulawesi Tenggara (24.752 hektar).
PT Vale Indonesia menambang nikel laterit untuk menghasilkan produk akhir berupa nikel dalam matte. Rata-rata volume produksi nikel per tahun mencapai 75.000 metrik ton. Dalam memproduksi nikel di Blok Sorowako, kami menggunakan teknologi pyrometalurgi (meleburkan bijih nikel laterit).
Perseroan juga melanjutkan rencana pembangunan pabrik pengolahan nikel beserta fasilitas pendukungnya di Sambalagi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah dan di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Proyek di Bahodopi direncanakan untuk membangun pabrik pengolahan untuk memproses bijih saprolit dan menghasilkan feronikel yang merupakan bahan utama dalam pembuatan baja nirkarat.
Untuk Pomalaa, proyek yang saat ini dikembangkan Vale Indonesia adalah untuk memproses bijih nikel limonit dengan menggunakan teknologi HPAL (High Pressure Acid Leaching) untuk menghasilkan produk yang dapat diolah menjadi bahan utama baterai mobil listrik.
KAKAK INDRA PURNAMA | DANIEL A. FAJRI | VALE INDONESIA
Pilihan editor: Presiden Jokowi Bertemu Sejumlah Petinggi Vale Indonesia, Ini yang Dibahas