INFO BISNIS – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI akan membagikan dividen dengan menjaga dividend payout ratio yang optimal karena permodalan perseroan masih kuat. Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama BRI, Sunarso, dalam acara Public Expose Live 2024, di Jakarta, pada Kamis, 29 Agustus 2024.
Sunarso mengatakan, BRI memiliki tambahan modal Rp41 triliun yang berasal dari right issue pembentukan Holding Ultra Mikro (UMi) bersama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Pegadaian. Selain itu, rasio kecukupan modal BRI tercatat sebesar 25,13 persen pada akhir Triwulan II 2024. Dengan permodalan yang kuat ini, BRI tidak perlu untuk menahan laba.
Sebagai CEO, Sunarso yakin sampai lima tahun ke depan, berapa pun laba BRI, layak dibagi dalam bentuk dividen. “Karena apa? Karena memang tidak dibutuhkan untuk menahan laba untuk memperkuat modal, karena modalnya sudah sangat kuat,” kata Sunarso.
Nantinya, kata Sunarso, pembagian dividen BRI tergantung dari persetujuan otoritas, termasuk Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Keuangan, maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Kalau dividend payout ratio-nya tinggi, itu harus. Tapi bagaimanacara membayarnya? Apakah langsung sekaligus atau dicicil dalambentuk interim? Itu subjek persetujuan dari otoritas,” ujarnya.
Ia mengatakan, optimisme BRI untuk tumbuh sehat dan berkelanjutan tak terlepas dari keberhasilan BRI Group mencatatkan kinerja positif hingga Triwulan II 2024. Dengan pertumbuhan yang selektif dan prudent, BRI secara konsolidasian berhasil mencetak laba Rp29,90 triliun hingga akhir Triwulan II 2024.
Pencapaian tersebut tak lepas dari penyaluran kredit BRI yang mencapai Rp1.336,78 triliun atau tumbuh 11,20 persen year on year (YoY). Segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) masih mendominasi penyaluran kredit BRI, dengan porsi mencapai 81,96 persen dari total penyaluran kredit BRI, atau sekitar Rp1.095,64 triliun.
Penyaluran kredit yang tumbuh double digit tersebut membuat aset BRI tercatat meningkat 9,54 persen yoy menjadi sebesar Rp1.977,37 triliun. Pertumbuhan kredit yang selektif dan prudent membuat BRI mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan.
Sunarso mengatakan, rasio Loan at Risk (LAR) juga tercatat membaik atau turun dari semula 14,94 persen pada akhir Triwulan II 2023 menjadi 12,00 persen pada akhir Triwulan II 2024. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) berada di kisaran 3,05 persen dengan rasio NPL coverage berada pada level yang memadai sebesar211,60 persen.
Dari sisi pendanaan, Sunaroso menyampaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI tercatat tumbuh11,61 persen yoy menjadi sebesar Rp1.389,66 triliun. Dimana dana murah atau CASA (Tabungan dan Giro) masih mendominasi struktur DPK BRI, dimana porsi CASA mencapai 63,17 persen dari total DPK BRI.
“Dengan fundamental keuangan yang baik, serta kemampuan BRI melayani masyarakat yang semakin luas, ditambah dengan adanya sumber pertumbuhan baru dari holding ultra mikro, BRI optimistis dapat terus menorehkan kinerja positif dan berkelanjutan,” kata dia. (*)