TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) buka suara mengenai rupiah yang kembali melemah hari ini. Padahal, baru kemarin Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa per 20 Agustus 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) telah menguat 5,34 persen dibandingkan akhir Juli 2024.
Per pukul 12.45 WIB, Google Finance mencatat nilai tukar rupiah telah mencapai Rp 15.600,5 per dolar AS atau melemah 0,6 persen. Rabu sore kemarin, nilai tukar rupiah ditutup melemah tipis 64 poin di level Rp 15.499,5 per dolar AS.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto tak menampik bahwa pergerakan nilai tukar rupiah sampai saat ini sedang terkoreksi atau melemah. Namun menurut dia, pelemahan rupiah saat ini masih terbilang wajar.
"Karena sebelumnya penguatan rupiah yang cukup signifikan. Yang koreksi sebagian besar pelaku asing hot money yang mungkin profit taking dulu untuk sementara," katanya kepada Tempo pada Kamis, 22 Agustus 2024.
Menurut Edi, demonstrasi besar-besaran imbas sikap Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hari ini jadi perhatian pelaku pasar. Namun, dia berharap agar kondisi ini bisa dikelola.
"Memang pelaku pasar mencermati ini juga, tetapi mudah-mudahan kondisinya manageble," ujar Edi.
Edi menyebut, sebagian pelaku pasar melihat dampak demo hari ini bersifat jangka pendek saja, terutama para pelaku pasar asing. Dia meyakini, dia meyakini, pelaku pasar asing lebih menyoroti sentimen suku bunga acuan The Fed atau Fed Funds Rate (FFR). "Short lived. Kelihatannya asing masih banyak dipengaruhi oleh sentimen penurunan FFR."
Dia menambahkan, BI akan terus mencermati perkembangan domestik. "Kita doakan semoga semua dalam kondisi yang terkendali, tentunya kami terus mengawal pergerakan rupiah ini," tutur Edi.
Pilihan Editor: Daftar Formasi CPNS Kementerian ESDM 2024 untuk Lulusan SMK hingga S2