TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan II-2024 mengalami kontraksi sebesar 0,03 persen secara tahunan (yoy). Kontraksi ini terjadi di tengah pertumbuhan industri sektor lain yang justru mengalami ekspansi.
“Ini diakibatkan oleh penurunan produksi tekstil seiring lonjakan produk tekstil impor yang membanjiri pasar domestik,” kata Agus dalam keterangan tertulis, Senin, 12 Agustus 2024.
Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki juga ikut tumbuh melambat, yaitu sebesar 1,93 persen. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan produksi alas kaki seiring penutupan sejumlah pabrik. Pabrik-pabrik itu tutup karena terdampak oleh penurunan permintaan domestik dan luar negeri. Penurunan terjadi di Provinsi Banten, Jawa Barat, dan Yogyakarta.
Sementara itu, industri pengolahan memberikan kontribusi paling besar terhadap perekonomian nasional, yakni sebesar 18,52 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu sekitar 18,26 persen. Dengan begitu, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan II, yaitu 0,79 persen.
Di sektor industri pengolahan nonmigas, pertumbuhan mencalai 4,63 persen, turun dari pertumbuhan pada triwulan I-2024 sebesar 4,64 persen. Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas didorong oleh permintaan domestik dan luar negeri. Contohnya industri makanan dan minuman yang tumbuh 5,53 persen karena didukung peningkatan permintaan domestik untuk produk makanan dan minuman seiring adanya momen Idulfitri dan Iduladha.
Selanjutnya, industri logam dasar tumbuh 18,07 persen karena didorong oleh peningkatan permintaan luar negeri, seperti produk besi dan baja serta konsumsi baja nasional. Selain itu, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional yang tumbuh 8,01 persen sejalan dengan peningkatan permintaan domestik dan luar negeri.
Pilihan editor: Zulhas akan Rombak 8 Jajaran Kemendag Besok, Ahmad Luthfi Dilantik Jadi Irjen