TEMPO.CO, Jakarta - Dwi Ardianta Kurniawan, ahli ekonomi transportasi dan peneliti senior di Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM, menyatakan bahwa tiket domestik di Indonesia cenderung lebih mahal dibandingkan tiket ke luar negeri. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti persaingan yang lebih ketat di pasar internasional, serta ketersediaan armada yang belum pulih pasca Covid-19 sementara permintaan konsumen sudah kembali normal.
Harga tiket pesawat di Indonesia menjadi perhatian masyarakat karena dianggap mahal. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarinves) Luhut Binsar Pandjaitan, juga menyoroti masalah ini. Indonesia menempati peringkat kedua dalam hal harga tiket pesawat termahal di dunia, setelah Brasil. Di ASEAN, Indonesia menjadi negara dengan harga tiket pesawat rata-rata tertinggi.
Meskipun harga tiket diatur oleh pemerintah melalui Kementerian Perhubungan dengan tarif batas atas dan bawah serta biaya lainnya, terkadang aturan ini dilepaskan ke pasar, terutama saat permintaan tinggi seperti libur panjang.
Tarif tiket juga bergantung pada jenis layanan yang disediakan, di mana layanan penuh seperti Garuda Indonesia dan Batik Air lebih mahal dibandingkan maskapai biaya rendah seperti Lion Air dan Citilink.
Dwi Ardianta mengusulkan kebijakan insentif fiskal untuk mengatasi tingginya harga tiket pesawat di Indonesia. Insentif tersebut dapat berupa pengurangan biaya avtur, suku cadang pesawat, serta subsidi biaya pelayanan bandara. Selain itu, ia juga mengusulkan penghapusan pajak tiket pesawat untuk menyetarakan dengan moda transportasi lainnya.
Ia juga menekankan pentingnya implementasi sistem multi provider untuk suplai avtur guna mencegah monopoli dan menciptakan harga avtur yang lebih kompetitif. Menurutnya, komponen biaya perawatan bandara bukanlah penyebab utama tiket pesawat mahal, melainkan lebih dipengaruhi oleh harga avtur, nilai tukar rupiah, dan ketersediaan layanan pada rute tertentu.
Pilihan Editor: Tiket Pesawat Dimestik Mahal Tapi Maskapai Mengaku Merugi, Kenapa?