TEMPO.CO, Jakarta -Chief Economist Mandiri Sekuritas Rangga Cipta memperkirakan daya beli masyarakat kelas menengah akan meningkat dalam 6-12 bulan ke depan setelah turun drastis imbas Covid-19. “Secara teori, siklus konsumsi kelas menengah akan sangat bergantung pada siklus investasi. Kalau investasi naik, maka kebutuhan atas tenaga kerja juga akan meningkat, maka pendapatan kelas menengah juga akan meningkat,” katanya di Menara Mandiri SCBD, Jakarta Selatan, Rabu, 7 Agustus 2024.
Rangga menuturkan, saat ini investasi sudah mulai naik dan kemungkinan akan lebih signifikan setelah pemerintahan yang baru dilantik dan mulai berjalan. Apalagi, kata dia, jika ada pemangkasan suku bunga dari global dan Indonesia mungkin bisa menambah aliran investasi dan harga di Indonesia. “Jadi harusnya kalau saya lihat, daya beli kelas menengah mungkin bisa meningkat di tahun depan,“ ujarnya.
Ia menuturkan pasca Covid-19 segalanya mulai terbuka termasuk ekonomi mulai berjalan normal. Sementara yang mendorong pemulihan kondisi ekonomi adalah kalangan kelas menengah dan atas.
“Setelah reopening ini justru kelas menengah itu mulai melambat, ada isu sektor manufaktur yang mulai terdapat pelambatan global, makanya di India kita sering dengar ada banyak pay-off terutama di sektor manufacturing-nya,” katanya.
Kombinasi itu, kata Rangga, menyebabkan konsumsi kelas menengah cenderung melambat dan tak bergerak dibandingkan kelas bawah yang memang posisinya tak bergerak dan mendapatkan bantuan sosial juga dari pemerintah.
Kondisi daya beli kelas menengahj yang menurun ini sebenarnta bisa ditilik dari perayaan Idul Adha pada Juni 2024. Para pakar sudah memproyeksikan jumlah orang yang berkurban dari kelas menengah-bawah tahun ini menurun karena fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tingginya angka pengangguran menyebabkan pendapatan kelas menengah-bawah mengalami stagnasi, bahkan turun signifikan.
Peneliti Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Tira Mutiara menyebut, potensi ekonomi kurban Indonesia tahun 2024 ini diperkirakan Rp 28,2 triliun, yang berasal dari 2,16 juta orang berkurban. Proyeksi tersebut naik dari tahun lalu yang diperkirakan mencapai Rp 24,5 triliun dari 2,08 juta orang berkurban. Artinya, ada kenaikan sekitar 80 ribu orang yang berkurban pada tahun 2024 ini.
Dari 2,16 juta keluarga muslim berdaya beli tinggi yang berpotensi ikut berkurban, kata dia kebutuhan hewan kurban terbesar adalah kambing-domba sekitar 1,21 juta ekor. Kemudian kebutuhan sapi-kerbau sekitar 587 ribu ekor.
Annisa Febiola berkontribusi dalam artikel ini
Pilihan editor: Jokowi Bentuk Satgas Percepatan Investasi di IKN, PUPR: Bukan untuk Mencari Investor Baru