TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Presidium Ibrahim Assuaibi menganalisa indeks dolar menguat. Secara ekternal, fokus pasar beralih sepenuhnya ke suku bunga Amerika Serikat atau AS.
“Kehati-hatian ini membuat para pedagang bias terhadap dolar, dengan Fed akan memulai pertemuan dua hari pada hari Selasa nanti. Bank sentral secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tak berubah pada akhir pertemuan pada hari Rabu,” katanya melalui keterangan tertulis, Selasa, 30 Juli 2024.
Ia menuturkan, pasar secara umum memperkirakan pemotongan 25 basis poin pada September, tapi pemotongan suku bunga lebih lanjut masih diragukan.
Menurut Ibrahim, serangkaian berita ekonomi dari Tiongkok juga telah mengguncang pasar. Ia mengatakan, Citi juga telah memangkas perkiraan pertumbuhan Tiongkok menjadi 4,8 persen dari 5 persen setelah pertumbuhan kuartal kedua negara itu tidak memenuhi perkiraan analis, dengan catatan bahwa aktivitas ekonomi semakin melemah pada Juli.
“Pasar tengah mengamati pertemuan mendatang dari badan pembuat keputusan utama Tiongkok, Politbiro, yang diharapkan berlangsung minggu ini, yang dapat memperoleh dukungan kebijakan ekonomi lebih lanjut,” ujarnya.
Namun, kata dia, pertemuan kebijakan utama pada pertengahan Juli, sebagian besar menegaskan kembali tujuan kebijakan ekonomi yang ada dan gagal mengangkat sentimen pasar. “Fokus minggu ini adalah serangkaian pembacaan indeks manajer pembelian dari Tiongkok, yang akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang ekonomi terbesar di Asia,” ujarnya.
Sementara dari segi internal, kata Ibrahim, posisi utang pemerintahan naik menjadi Rp8.444,87 triliun hingga akhir Juni 2024 atau tiga bulan menjelang berakhirnya kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Rasio ini tetap konsisten terjaga di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. “Rasio utang per akhir Juni 2024 tercatat sebesar 39,13 persen terhadap PDB,” ujarnya.
Ibrahim juga menuturkan berdasarkan instrumen, komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai 87,85 persen. Per akhir Juni 2024, tercatat lembaga keuangan memegang sekitar 41,1 persen kepemilikan SBN domestik, terdiri dari perbankan 22,1 persen dan perusahaan asuransi dan dana pensiun sebesar 19,0 persen.
Kepemilikan SBN domestik oleh Bank Indonesia (BI) tercatat sekitar 23,1 persen yang, kata dia, antara lain digunakan sebagai instrumen pengelolaan moneter. Sementara itu, asing tercatat hanya memiliki SBN domestik sekitar 13,9 persen termasuk kepemilikan oleh pemerintah dan bank sentral asing.
“Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 19 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 50 poin di level Rp16.300 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.281. Sedangkan untuk perdagangan senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.290 - Rp16.350,” kata Ibrahim.
Pilihan Editor: Pelemahan Rupiah Naikkan Ongkos Produksi Makanan hingga 3 Persen