TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan industri hulu minyak dan gas (migas) menjadi penyumbang negara terbesar kedua setelah pajak.
Selama 20 tahun atau dua dekade, ia berujar, sektor ini telah berkontribusi untuk negara sebanyak Rp 5.045 triliun. Dwi menyatakan SKK Migas berkomitmen terus mencai dan mengembangkan cadangan migas.
“Pada 2023, kami berhasil mengumpulkan penerimaan negara Rp 219 triliun dan hanya dalam semester I tahun ini jumlahnya mencapai Rp 114 triliun,” ujar Dwi Soetjipto dalam pidatonya di acara 22 Tahun Mengelola Hulu Migas yang disiarkan melalui kanal YouTube SKK Migas, Selasa, 16 Juli 2024. “Industri hulu migas terus menunjukkan peran strategis dengan kontribusi signifikan.”
Dwi juga mengatakan, industri hulu migas tetap dinamis dengan rencana pelaksanaan 138 proyek hulu migas pada 2024-2029. Proyek tersebut, kata dia, membutuhkan total investasi Rp 543 triliun. Adapun barang milik negara atau BMN yang dikelola sektor hulu migas tercatat senilai Rp 1.014 triliun. “Luar biasa, setara 7,6 persen dari total aset negara,” ujar Dwi.
Selain itu, ia mengklaim industri hulu migas mampu menciptakan efek multiplier bagi bagi industri nasional melalui penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mencapai Rp 76,5 triliun pada 2023 dan Rp 34,5 triliun per Januari-Juni 2024.
Dampak lainnya, Dwi menambahkan, industri hulu migas menyediakan lapangan kerja hingga 150 ribu pekerja. “Studi terbaru (studi dari Universitas Indonesia) menunjukkan bahwa setiap US$ 1 dari investasi di industri hulu migas menghasilkan nilai tambah hingga 5,4 kali,” kata dia.
Pilihan Editor: Besok Diumumkan, Ekonom UI Sebut BI Perlu Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25 Persen