TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM enggan berkomentar panjang soal BASF yang memutuskan membatalkan proyek investasi bersama US$2,6 miliar atau sekitar Rp42,72 triliun (kurs Rp16.432 per dolar AS) pada kompleks pemurnian nikel-kobalt di Weda Bay, Halmahera.
"BASF itu kan baru pernyataan pers saja," kata Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Minerba Irwandy Arif, saat ditemui di Plataran Menteng, Jalan H.O.S. Cokroaminoto Nomor 42, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 26 Juni 2024.
Irwandy mengatakan informasi pembatalan proyek investasi hilirisasi nikel oleh BASF baru disampaikan melalui keterangan pers.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi bertemu tiga pemimpin perusahaan Eropa di Hotel Kastens Luisenhoff, Hannover, Jerman, pada Minggu, 16 April 2023. Ketiga perusahaan menyatakan minat berinvestasi di Tanah Air yaitu BASF, Eramet, dan Volkswagen melalui perusahaan baterai yang mereka miliki, PowerCo.
BASF asal Jerman misalnya, menyampaikan secara langsung bahwa pihaknya akan melakukan investasi di Maluku Utara. Tujuannya dalam pembangunan ekosistem baterai mobil. "Kurang lebih investasinya sekitar US$ 2,6 miliar,” kata Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang ikut bersama Jokowi, dalam keterangannya usai pertemuan.
Saat itu dikabarkan, BASF akan bekerja sama dengan perusahaan Prancis, Eramet, untuk menciptakan ekosistem tersebut dan diklaim menerapkan praktik usaha yang memperhatikan ESG (Environment, Social and Government) lingkungan dan menggunakan energi hijau. “Proses pembangunannya akan mulai dilakukan di akhir tahun 2023 ini,” ujar Bahlil.
Selanjutnya, Bahlil menjelaskan perusahaan Volkswagen asal Jerman, melalui PowerCo, juga akan membangun ekosistem baterai mobil di Indonesia. Bahlil menyebut PowerCo akan bekerja sama dengan sejumlah perusahaan, termasuk perusahaan nasional.
Bahlil menilai hal tersebut merupakan momen yang tepat untuk menunjukkan bahwa Indonesia secara terbuka memberikan peluang investasi kepada perusahaan di seluruh dunia. Menurut mantan Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia itu, ini merupakan bentuk investasi yang inklusif.
"Sekaligus untuk menganulir cara pikir orang bahwa seolah-olah pengelolaan tambang kita di Indonesia tidak memperhatikan kaidah-kaidah yang ada pada standar internasional,” ucap Bahlil.
Seperti diberitakan media, Eramet, perusahaan tambang Prancis, pada Senin, 24 Juni 2024 lalu, menyatakan bahwa bersama perusahaan Jerman, BASF, memutuskan membatalkan proyek investasi bersama senilai US$ 2,6 miliar tersebut.
IKHSAN RELIUBUN | FAJAR FEBRIANTO
Pilihan Editor: Terkini: Tiket.com Dapat Cuan dari Pemesanan Tiket Lebaran 2023 yang Melonjak, Airlangga Minta Bantuan Jerman