TEMPO.CO, Tokyo - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan komitmen transisi energi lewat kerja sama pemerintah Indonesia dan Jepang salah satunya terlihat pada peta jalan investasi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
"Sudah ada roadmap-nya (peta jalan) dari Toyota dan dari beberapa produsen di Jepang, termasuk Mitsubishi terkait dengan roadmap EV," ujar Airlangga ditemui dalam Nikkei Forum 29th Future of Asia, Tokyo, Jumat, 24 Mei 2024, seperti dikutip dari Antara.
Tak hanya itu, menurut Airlangga, Jepang juga sudah terlibat dalam smelter tembaga yang masuk dalam transisi energi dalam Asia Zero Emission Community (AZEC). Indonesia dan Jepang adalah inisiator dalam mewujudkan AZEC saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, November 2023.
KTT AZEC pada Desember 2023 lalu telah membuahkan 69 kerja sama dan 24 di antaranya kerja sama antara perusahaan Indonesia dan Jepang yang. Sejumlah nota kesepahaman telah ditandatangani untuk pelatihan dalam rangka mempromosikan transisi energi, waste to energy, dekarbonisasi, pengembangan transmisi listrik, energi panas bumi. green ammonia, dan lainnya.
Saat ini, kata Airlangga, Indonesia saat ini memiliki 38 smelter nikel dengan nilai investasi US$ 15,8 miliar (sekitar Rp 253,6 triliun). Smelter-smelter nikel itu berkontribusi terhadap ekspor sekitar US$ 25 miliar sepanjang tahun 2023. Adapun pemerintah Indonesia menargetkan 400.000 kendaraan listrik pada tahun 2030.
Airlangga menyebutkan Indonesia sangat memegang komitmen untuk transisi energi. "Kami bekerja sama dengan Jepang sebagaimana Perdana Menteri Kishida mengatakan kemarin malam dalam keynote speech bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan tingkat menteri pada bulan Maret dan Agustus mendatang," tuturnya.
Ia mencontohkan transisi energi dilakukan di Muara Laboh dengan kapasitas terpasang 80 megawatt dan 60 megawatt kapasitas tambahan. Selain itu, hydropower Sungai Kayan, Kalimantan Tengah dengan 1.375 gigawatt yang disebut-sebut menjadi sumber pasokan listrik ibu kota negara (IKN).
Sementara itu, Honda Motor Co. mengumumkan bahwa mereka akan menggandakan investasinya dalam teknologi kendaraan listrik dari rencana sebelumnya menjadi sekitar 10 triliun yen (Rp1 kuadriliun) untuk periode 10 tahun hingga tahun fiskal 2030.
Dikutip dari Kyodo, investasi itu bertujuan untuk meningkatkan daya saing produsen mobil Jepang tersebut dengan pesaing kuat dari luar negeri seperti Tesla Inc. dan BYD Tiongkok. Honda berusaha meningkatkan rasio kendaraan listrik dan kendaraan sel bahan bakar menjadi 100 persen dari total penjualan mobil barunya pada tahun 2040.
Dalam keterangannya, CEO Honda, Toshihiro Mibe, mengatakan industri kendaraan listrik masih baru, tapi dalam jangka panjang pergeseran menuju kendaraan ramah lingkungan tersebut akan terus berjalan secara stabil.
Adapun investasi sebesar 10 triliun yen ini akan mencakup sekitar 6 triliun yen (Rp 615 triliun) untuk membangun sistem pabrik generasi berikutnya dan memproduksi mobil baru, 2 triliun yen (Rp 205 triliun) untuk penelitian dan pengembangan perangkat lunak. Selain itu nilai investasi 2 triliun yen untuk produksi baterai, kata perusahaan tersebut.
Pilihan Editor: Pemerintah Targetkan 15 Juta Unit Kendaraan Listrik di 2030, Bagaimana Infrastruktur Pengisian Dayanya?