TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah. Dia memperkirakan, nilai tukar rupiah akan fluktuatif dan ditutup melemah ke level Rp 15.880 hingga Rp 15.930 dalam perdagangan Jumat, 5 April 2024.
Pada akhir perdagangan Kamis, 4 April 2024, rupiah ditutup menguat 27 poin ke level Rp 15.892 per dolar AS setelah sebelumnya melemah 15 poin.
Ibrahim menyebut, posisi cadangan devisa Indonesia pada Maret 2024 diperkirakan makin menciut. Cadangan devisa per Maret 2024 diperkirakan pada level US$ 143 miliar. Posisi ini turun jika dibandingkan dengan cadangan devisa pada Februari 2024 yang mencapai US$ 144 miliar.
Turunnya cadangan devisa tersebut, kata Ibrahim akibat ekspor komoditas utama RI yang masih melambat. Selain itu, pembayaran utang luar negeri pemerintah dan pelemahan nilai tukar rupiah yang sudah mendekati Rp 16 ribu per dolar AS juga menjadi sentimen.
"Hal ini karena cadangan devisa biasanya digunakan untuk intervensi pasar untuk menjaga suplai dolar dan menahan depresiasi rupiah," katanya pada Kamis, 4 April 2024.
Analis itu memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah akan berada dalam tren pelemahan. Seiring dengan kuatnya tekanan eksternal yang diperkirakan masih persistent hingga akhir semester I 2024.
Sementara untuk semester II 2024, perkembangan nilai tukar rupiah diperkirakan lebih baik. Perkiraan ini dilatarbelakangi oleh adanya ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang juga akan diikuti penurunan permintaan terhadap dolar AS.
Artinya, posisi cadangan devisa akan lebih baik pada penghujung tahun. Angkanya diperkirakan mencapai US$ 155 miliar.
"Perkiraan ini lebih baik jika dibandingkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2023, sebesar US$ 146,4 miliar."
Di sisi lain, Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan sinyal beragam mengenai penurunan suku bunga AS. Meskipun dia menyebut The Fed pada akhirnya akan memangkas suku bunga pada akhir tahun ini, namun dia hanya memberikan sedikit petunjuk mengenai waktu dan skala potensinya.
"Powell juga mengatakan bank sentral akan membutuhkan lebih banyak keyakinan bahwa inflasi bergerak menuju target tahunan sebesar 2 persen," kata Ibrahim.
Inflasi yang stagnan dan kuatnya pasar tenaga kerja adalah dua pertimbangan terbesar The Fed dalam menurunkan suku bunga.
Selain itu, sejumlah pejabat tinggi Jepang telah memperingatkan pasar mengenai spekulasi terhadap yen. Mereka tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun untuk menurunkan pasangan Dolar AS dan yen Jepang (USD/JPY).
"Pelanggaran terhadap 152 telah menarik intervensi tingkat tinggi oleh pemerintah Jepang pada tahun 2022."
Pilihan Editor: Kurs Rupiah Diprediksi Terus Menguat Seiring Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed