TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan perkembangan nilai tukar rupiah akan lebih baik pada semester II 2024. Hal tersebut seiring dengan adanya ekspektasi penurunan suku bunga the Fed yang juga akan diikuti penurunan permintaan terhadap dolar Amerika Serikat.
"Sehingga, posisi cadangan devisa akan lebih baik pada akhir tahun, atau mencapai US$ 155 miliar," ujar Ibrahim dalam keterangannya pada Kamis, 4 April 2024. Menurut dia, perkiraan ini lebih baik jika dibandingkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2023 yang tercatat sebesar US$ 146,4 miliar.
Dalam perdagangan sore ini, ia mengatakan mata uang rupiah ditutup menguat 27 point. Walaupun sebelumnya sempat melemah 15 point di level Rp 15.892 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.920. Sedangkan untuk perdagangan besok, ia memperkirakan mata uang rupiah bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.880-Rp.15.930 per dolar AS.
Di sisi lain, ia memperkirakan posisi cadangan devisa Indonesia pada Maret 2024 akan semakin menciut. Ini melanjutkan penurunan cadangan devisa pada Februari 2024 lalu. Ia memperkirakan cadangan devisa pada Maret 2024 berada di level US$ 143 miliar. Posisi ini turun dari cadangan devisa pada Februari 2024 yang mencapai US$ 144 miliar.
Ibwarim menjelaskan, penyebab turunnya cadangan devisa tersebut yakni masih melambatnya ekspor komoditas utama Indonesia. Selain itu, ada faktor pembayaran utang luar negeri pemerintah dan sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang sudah mendekati Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat.
Menurut Ibrahim, hal ini disebabkan cadangan devisa biasanya digunakan untuk intervensi pasar untuk menjaga suplai dolar dan menahan depresiasi rupiah. Ia memperkirakan, nilai tukar rupiah akan dalam tren pelemahan seiring masih kuatnya tekanan eksternal yang diperkirakan persisten hingga akhir semester I 2024.
Adapun Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan sinyal beragam mengenai penurunan suku bunga Amerika Serikat. Meskipun Powell mengatakan The Fed pada akhirnya akan memangkas suku bunga pada akhir tahun ini, menurut Ibrahim, Powell hanya memberikan sedikit petunjuk mengenai waktu dan skala potensi pemotongan tersebut.
Powell juga mengatakan bank sentral akan membutuhkan lebih banyak keyakinan bahwa inflasi bergerak menuju target tahunan sebesar 2 persen. Komentar Powell muncul tepat sebelum data utama nonfarm payrolls untuk bulan Maret yang akan dirilis pada hari Jumat.
Namun, Ibrahim menilai peristiwa utama minggu ini adalah data nonfarm payrolls untuk bulan Maret, yang akan dirilis pada hari Jumat. Inflasi yang stagnan dan kuatnya pasar tenaga kerja adalah dua pertimbangan terbesar The Fed dalam berpotensi menurunkan suku bunga.
Sebelum data tenaga kerja, ia mengungkapkan fokus juga tertuju pada pidato anggota komite penetapan suku bunga The Fed lainnya. Anggota FOMC Michelle Bowman dan Thomas Barkin akan berbicara di acara terpisah pada Kamis mendatang.
Selain itu, sejumlah pejabat tinggi Jepang telah memperingatkan pasar mengenai spekulasi terhadap yen. Menurut Ibrahim, mereka tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun untuk menurunkan pasangan USDJPY. Ia berujar pelanggaran terhadap 152 telah menarik intervensi tingkat tinggi oleh pemerintah Jepang pada 2022.
Pilihan Editor: Waspada Menjelang Lebaran, Ini Ciri-Ciri Uang Palsu dan Cara Menghindarinya